
RATAS – Nama Gunung Bromo sebagai tempat wisata tentunya sudah dikenal tidak hanya di dalam negeri saja, tapi juga sampai ke luar negeri.
Di kawasan Gunung Bromo, wisatawan tidak hanya bisa menikmati pemandangan saja, tapi juga bisa mencicipi aktivitas wisata yang unik, mulai dari berkuda, bermain pasir, mengendarai motor trail atau mobil jeep, hingga mendaki ke puncak Bromo.
Bahkan tak lama lagi, kawasan wisata Bromo akan memiliki objek baru lagi yang juga bakal menjadi ikon baru di Jawa Timur. Jembatan kaca, yang selama ini menjadi wahana wisata populer di kawasan pegunungan Eropa dan Amerika, bakal hadir di kawasan Gunung Bromo.
Dari data yang berhasil dihimpun, disebutkan bahwa jembatan kaca itu nantinya berjenis suspended-cable dengan struktur jembatan berupa kaca pengaman berlapis dengan ketebalan 25,55 milimeter. Dilengkapi pula dengan double protection steel berbahan baja galvanis yang tahan karat.
Kerennya lagi, dengan panjang 120 meter, lebar 3 meter, dan ketinggian dari jurang mencapai 80 meter, jembatan kaca itu digadang-gadangkan bakal menjadi yang terpanjang di Indonesia. Praktis, dari jembatan kaca itu, wisatawan bisa melihat panorama Gunung Bromo, Gunung Batok, Gunung Semeru, serta area-area di sekitarnya.
Rencananya, pembangunan jembatan kaca Seruni Point ini akan segera dilaksanakan dengan melibatkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI bersinergi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo.
Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, penataan Seruni Point meliputi pembangunan area parkir, bangunan multifungsi untuk restoran, tempat istirahat komersial, toko oleh-oleh, toilet, mushola, jalur pengunjung, bangunan tiket, serta amphitheater yang mendukung kegiatan seni dan budaya lokal. Pembangunannya dilakukan di kawasan seluas 1,75 hektar dengan anggaran Rp 31,17 miliar.
Pembangunan Terminal Wisata Seruni Point, kata Basuki, dilatarbelakangi oleh banyaknya keluhan wisatawan tentang minimnya toilet di kawasan Bromo dan seringnya terjadi kemacetan panjang di jalur Bromo saat musim liburan.
“Untuk kawasan pariwisata, pertama yang harus diperbaiki infrastrukturnya, kemudian amenities dan event, baru promosi besar-besaran. Kalau hal itu tidak siap, wisatawan datang sekali dan tidak akan kembali lagi,” tutur Basuki seperti yang dikutip liputan6.com (25/6).
Selain itu, Basuki menambahkan, penataan ruang publik Seruni Point juga akan memperhatikan karakteristik dan kearifan lokal budaya Suku Tengger, salah satunya dengan menerapkan konsep Tiga Bentar pada area kedatangan.
Sebelumnya, kawasan wisata Bromo-Tengger-Semeru memang telah ditetapkan sebagai salah satu KSPN Prioritas atau 10 “Bali Baru” yang dikembangkan pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020. (BD)