RADAR TANGSEL RATAS – Presiden Timor Leste José Ramos Horta mencalonkan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebagai kandidat peraih nobel perdamaian karena dua organisasi tersebut berperan penting dalam menyuarakan perdamaian.
“Dua organisasi ini sangat layak mendapatkan nobel perdamaian. Saya melihat sejak dahulu NU dan Muhammadiyah mempunyai peran yang sangat penting dalam menyuarakan perdamaian,” tutur Horta saat memberikan keterangan pers usai melakukan kunjungan persahabatan di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Rabu (20/7).
Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf atau yang biasa disapa dengan Gus Yahya, mengapresiasi rencana Horta tadi. Baginya, rencana tersebut merupakan suatu kehormatan sekaligus momen yang luar biasa bagi NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia.
Sebelumnya, kata Gus Yahya, sebenarnya pada tahun 2021 yang lalu Ramos telah mencalonkan NU untuk meraih nobel perdamaian.
“Seperti yang kita tahu sebelumnya bahwa Presiden Ramos Horta telah mencalonkan NU untuk nobel perdamaian pada tahun lalu dan dia ingin mencalonkannya lagi. Ini merupakan suatu kehormatan bagi kami semua,” ungkap Gus Yahya.
Di samping itu, Gus Yahya menambahkan, Ramos juga mencalonkan PBNU untuk bergabung ke dalam Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) serta menjadi calon peraih Zayed Award for Human Fraternity.
Zayed Award for Human Fraternity merupakan suatu penghargaan global independen yang mengakui individu ataupun organisasi berkontribusi besar bagi kemajuan manusia dan kehidupan yang damai.
Horta beserta rombongan tiba di Gedung PBNU sekitar pukul 09.05 WIB. Dalam kunjungan persahabatan antara Timor Leste dan PBNU itu, Horta disambut langsung oleh Gus Yahya dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU Saifullah Yusuf. Selanjutnya, mereka masuk ke dalam Gedung PBNU untuk melakukan pertemuan tertutup.
Dalam pertemuan yang dilakukan secara tertutup itu, mereka membahas beberapa hal, seperti rencana kerja sama Timor Leste dengan PBNU untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan dan kemanusiaan.
Di samping itu, PBNU juga berencana mengundang Timor Lester untuk menghadiri pertemuan Religion of Twenty (G20) di Bali pada tanggal 2-3 November 2022. (BD)