Gawat! Ada Virus Baru yang Mematikan di Eropa, Mata Pasien Keluarkan Darah

Penyakit CCHF ditularkan oleh kutu penghisap darah yang menjadi inang virus. Kutu ini bisa ditemukan di kulit hewan ternak seperti kambing, sapi, hingga unta. Penularan CCHF antara manusia terjadi akibat terjadinya kontak darah atau cairan tubuh dengan orang yang terinfeksi. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Di tengah menurunnya COVID-19, kini World Health Organization (WHO) melaporkan munculnya penyakit lain, yaitu Crimean-Congo Haemorrhagic Fever (CCHF) atau yang disebut demam berdarah Krimea-Kongo. Virus CCHF tergolong virus yang mematikan karena membunuh 30 persen dari orang-orang yang terinfeksi.

Demam berdarah Krimea-Kongo atau CCHF adalah penyakit yang ditularkan ke manusia melalui virus akibat gigitan kutu terinfeksi. Selain itu juga karena adanya kontak langsung dengan darah atau jaringan dari manusia dan ternak yang terinfeksi. Virus ini membuat orang yang terinfeksi mengeluarkan darah dari mata.

Baru-baru ini, seperti yang dilansir Reuters.com (21/7), virus CCHF terdeteksi muncul di Spanyol setelah seorang pria dirawat di rumah sakit, pekan lalu. Pria yang menetap di kota Leon, di Barat Laut Spanyol, itu didiagnosis menderita CCHF setelah digigit kutu.

Pasien yang namanya tidak disebutkan itu dirawat di rumah sakit di Leon sebelum diterbangkan ke rumah sakit lain oleh Kementerian Pertahanan. Pihak berwenang Spanyol mengatakan bahwa pasien itu tetap dalam kondisi stabil, terlepas dari keparahan klinis yang tersirat dari patologi tersebut.

BACA JUGA :  Konsisten Jaga NKRI, NU dan Muhammadiyah Layak Gondol Nobel Perdamaian

Menurut situs resmi WHO, hingga 22 Mei 2022 lalu sudah ada 212 kasus CCHF. Dari keseluruhan kasus itu, 54 persen di antaranya atau setara dengan 115 kasus masih berstatus suspek, sedangkan sisanya telah terkonfirmasi berdasarkan hasil tes.

Menurut WHO, Gejala yang muncul pada penderita CCHF meliputi demam, nyeri, pusing, perubahan suasana hati, kebingungan, serta pendarahan, terutama pada mata dan kulit. Tanda infeksi sering muncul secara tiba-tiba dan banyak penderitanya yang meninggal.

Kasus CCHF pertama kali ditemukan di Krimea pada tahun 1944 dan diberi nama demam berdarah Krimea. Kemudian, pada 1969 diketahui bahwa virus penyebab demam berdarah Krimea, ternyata sama dengan penyebab penyakit di Kongo pada 1956. Lama-lama, CCHF pun menjadi endemik di Afrika, Asia, Timur Tengah, dan Balkan.

Kasus CCHF jarang terjadi di Eropa Utara. Sejak tahun 2011, hanya ditemukan tiga kasus CCHF, itu pun di Spanyol. Tapi bulan Maret 2022, seorang wanita Inggris didiagnosis terjangkit CCHF dan dirawat di Royal Free di London. Kasus CCHF di London ini menjadi kasus keempat di Eropa sejak tahun 2012.

BACA JUGA :  Polemik Kemunculan Ganjar di Tayangan Azan, KPI: Kami Tengah Melakukan Kajian

Saat itu, Dr. Susan Hopkins, kepala penasihat medis Badan Keamanan Kesehatan Inggris, mengatakan bahwa virus tersebut tidak menyebar dengan mudah di antara orang-orang, dan resiko keseluruhan terhadap publik pun sangat rendah.

WHO menjelaskan hewan-hewan ternak seperti kambing, sapi, hingga unta menjadi salah satu sumber transmisi penularan, karena kutu khusus CCHF hinggap di kulit beberapa hewan tadi. Orang yang terjangkit CCHF umumnya adalah mereka yang bekerja di peternakan dan rumah potong hewan. (BD)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini