Duh! Sampah Mikroplastik dari Sisa APD Semakin Banyak Ditemukan di Teluk Jakarta

0
107
Mikroplastik yang ditemukan pada bulan Desember 2020 ternyata meningkat 10 kali lipat dibandingkan dengan pasca munculnya kasus COVID-19 pertama di Indonesia yang hanya sekitar 3 persen. Penambahan mikroplastik paling tinggi ditemukan pada musim hujan. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Keberadaan limbah alat pelindung diri (APD) di lingkungan sungai dan pesisir menjadi topik hangat di sosial media sejak tahun 2020 lalu. Tapi, kajian komparatif terkait mikroplastik yang berasal dari sampah medis saat sebelum dan semasa pandemi masih sangat minim.

Baru-baru ini, Badan Riset dan Innovasi Nasional (BRIN) menyatakan telah terjadi peningkatan sampah plastik ukuran mikroskopik (mikroplastik) berbentuk benang yang berasal dari alat pelindung diri atau APD semasa pandemi COVID-19 di muara sungai menuju Teluk Jakarta.

Hasil monitoring sampah plastik mikroplastik semasa pandemi itu dirilis dalam jurnal Marine Pollution Bulletin berjudul “Seasonal heterogeneity and a link to precipitation in the release of microplastic during COVID-19 outbreak from the Greater Jakarta area to Jakarta Bay, Indonesia”.

Menurut peneliti di Pusat Riset Oseanografi BRIN, M Reza Cordova, mikroplastik berbentuk benang terindikasi memiliki bentuk asal dan jenis komposisi kimia yang sama dengan masker medis.

Proporsi mikroplastik tersebut, kata reza, meningkat 10 kali lipat pada Desember 2020 dibandingkan dengan sebelumnya yang hanya sekitar 3 persen sesaat setelah muncul kasus COVID-19 pertama di Indonesia.

BACA JUGA :  Akhirnya Aset Ponpes Al-Zaytun Dibekukan, Pembinaan Ribuan Santrinya Diambil Alih oleh Kemenag

Melimpahnya mikroplastik yang ditemukan ada pada kisaran 4,29 hingga 23,49 partikel mikroplastik per 1.000 liter air sungai dengan rata-rata 9,02 partikel per 1.000 liter air sungai yang bergerak menuju perairan Teluk Jakarta,” ungkap Reza melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (3/8/).

Hasil riset kolaborasi peneliti BRIN yang dikoordinasi oleh Reza bersama Universitas Terbuka, Universitas Sumatera Utara, IPB University, dan University of Portsmouth di Inggris menyimpulkan bahwa peningkatan mikroplastik yang signifikan terjadi terutama pada saat curah hujan tinggi.

Hasil riset pemantauan mikroplastik di muara sungai tersebut menunjukkan bahwa jumlah limpahan yang lebih banyak ada di wilayah pesisir timur Teluk Jakarta dibandingkan dengan limpahan yang ada di pesisir bagian barat.

Dan dari sembilan muara sungai yang diteliti di Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), ternyata mikroplastik ditemukan pada semua muara sungai yang diteliti.

Menurut Reza, penambahan mikroplastik paling tinggi ditemukan pada musim hujan, yakni rata-rata 9,02 partikel per 1.000 liter air sungai, sedangkan paling rendah ditemukan pada musim kemarau yakni 8,01 partikel per 1.000 liter air sungai.

BACA JUGA :  Klaim Miliki 10 Juta Anggota, Partai Buruh Bakal Gelar Konvensi untuk Tentukan Capres-Cawapres

Reza dan tim berharap peningkatan konsentrasi mikroplastik di lingkungan menjadi sinyal bahwa sudah saatnya pemerintah mendorong perbaikan pengelolaan sampah sekali pakai.

Ia menuturkan implementasi dari aturan yang ketat, sosialisasi, dan pemahaman publik diperlukan untuk mempromosikan metode pembuangan yang benar dan perubahan sistemik dalam pengelolaan sampah plastik, khususnya plastik sekali pakai.

Selain itu, Reza juga mengajak masyarakat luas untuk ikut berperan dalam menjaga kesehatan lingkungan, terutama terkait pembuangan sampah APD, yakni sampah masker yang biasa dipakai sehari-hari oleh masyarakat. (BD)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini