Harga Minyak Mentah Dunia Terus Anjlok, Kini Hanya USD 88 Per Barel!

1
120
Turun-naiknya harga minyak mentah dunia umumnya merujuk kepada harga spot dari satu barel minyak, sebuah harga rujukan bagi para pembeli dan penjual minyak seperti West Texas Intermediate (WTI), Brent Crude, Dubai Crude, OPEC Reference Basket, Tapis Crude, Bonny Light, Urals oil, Isthmus dan Western Canadian Select. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Pada perdagangan hari Kamis (4/8), harga minyak dunia anjlok ke level terendah sejak bulan Februari 2022 atau sejak sebelum terjadinya invasi Rusia ke Ukraina. Salah satu penyebabnya adalah adanya kekhawatiran akan resesi.

Seperti yang dikutip CNBC, Jumat (5/8), minyak mentah berjangka Brent yang biasanya menjadi patokan internasional anjlok USD 2,66 atau 2,75 persen menjadi USD 94,12 per barel, setelmen terendah sejak 18 Februari.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga turun 2,3 persen menjadi 88,54 dollar AS per barel, setelah menyentuh posisi terendahnya pada 3 Februari 2022.

Kekhawatiran bakal terjadinya resesi global membebani harga minyak mentah dunia, karena dikhawatirkan akan menghambat permintaan energi.

Di sisi lain, penurunan harga minyak ternyata menjadi “penolong” bagi negara konsumen besar seperti Amerika Serikat dan Eropa yang sebelumnya mendesak produsen untuk meningkatkan produksi guna mengimbangi pasokan yang ketat dan memerangi inflasi yang tinggi.

Pada awal tahun 2022, harga minyak mentah telah mengalami lonjakan hingga 120 dollar AS per barrel, menyusul lonjakan permintaan pasca Covid-19. Kenaikan harga tersebut terjadi menyusul gangguan pasokan akibat sanksi yang diberikan kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina.

BACA JUGA :  Pemkot Tangsel Siapkan Rp5 Miliar untuk Program Makan Bergizi Gratis

Sementara itu, persediaan bensin di AS menunjukkan peningkatan akibat permintaan yang berkurang. Prospek permintaan masih dibayangi oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap merosotnya perekonomian di Amerika Serikat dan Eropa, tekanan utang di negara-negara berkembang, dan kebijakan zero Covid-19 yang ketat di China yang notabene importir minyak terbesar di dunia.

Menurut Craig Erlam, analis pasar senior di Oanda di London, harga minyak mentah di bawah 90 dolar AS per barel sekarang merupakan kemungkinan yang sangat nyata yang cukup luar biasa, mengingat sangat ketatnya pasar dan sangat sedikitnya ruang yang ada untuk meringankannya.

“Tapi isu terkait dengan resesi semakin keras dan jika benar-benar terjadi, kemungkinan hal itu akan mengatasi beberapa ketidakseimbangan,” tutur Erlam, seperti yang dikutip CNBC (4/8).

Selain itu, tekanan lain yang juga membebani harga minyak mentah adalah kenaikan suku bunga yang dapat memperlambat kegiatan ekonomi dan membatasi permintaan bahan bakar. Bank of England (BoE) juga menaikkan suku pada hari Kamis dan memperingatkan tentang risiko resesi.

BACA JUGA :  Viral! Kecelakaan Balon Udara di Cappadocia, Dua Turis Asal Spanyol Tewas

Adanya kesepakatan OPEC+ pada hari Rabu untuk menaikkan target produksinya 100.000 barel per hari (bph) pada bulan September, setara dengan 0,1 persen dari permintaan global, dipandang oleh beberapa analis sebagai bearish untuk pasar minyak mentah.

Meski demikian, Arab Saudi dan UEA menyatakan siap meningkatkan produksi minyak secara signifikan jika dunia menghadapi krisis pasokan yang parah di musim dingin ini. (BD)

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini