Komnas HAM Sebut Tak Ada Saksi Mata Brigadir J Todongkan Senjata Ke Bharada E

Bharada E resmi jadi tersangka. Foto: Net

RADARTANGSEL RATAS – Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ahmad Taufan Damanik mengatakan, bahwa tidak ada saksi mata yang melihat Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J menodongkan senjata terlebih dulu ke Bharada E. 

Taufan menyebut, hal itu menjadi masalah genting. Pasalnya, hanya ada satu saksi lain dalam insiden kematian Brigadir J yang berada di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, di Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat (8/7) lalu, yakni Ricky atau Bripka R. 

“Problem krusialnya karena di TKP itu yang bisa kita dapatkan hanya keterangan Bharada E,” kata Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik saat diskusi virtual, Jumat (5/ 8).

Namun, kata Taufan, Bripka R juga tidak melihat peristiwa tersebut, dan hanya mendengar teriakan Istri Irjen Ferdy Sambo. Sehingga, hanya Bharada E yang dapat menjelaskan soal kejadian baku tembak tersebut. 

“Tolong Richard (Bharada E) tolong Ricky, karena ada Ricky satu lagi itu, kemudian Richard ini turun ke bawah dia ketemu dengan Yosua (Brigadir J),” sebutnya.

BACA JUGA :  Kemenangan Maroko Atas Spanyol Jadikan Seorang Guru SD Kaya Mendadak  

Karena tidak ada saksi mata lain, Taufan mengatakan bahwa ada kejanggalan pada kronologi yang menyebut kalau Brigadir J awalnya yang melakukan penodongan senjata kepada Bharada E sebagaimana keterangan polisi.

“Jadi keterangan bahwa selama ini ada keterangan bahwa Yosua sedang menodongkan senjata. Dalam keterangan mereka ini gada peristiwa itu. Makanya banyak sekali yang tidak klop antara keterangan yang disampaikan di awal dengan yang sesudah kami telusuri,” ucapnya. 

Termasuk, kata Taufan, keterangan awal terkait Irjen Ferdy Sambo yang melakukan tes PCR di luar saat kejadian berlangsung. Taufan menjelaskan, hal tersebut tidak sesuai, karena Ferdy Sambo nyatanya sudah sampai di Jakarta, satu hari sebelum rombongan istrinya tiba dari Magelang. 

“Termasuk dulu kita baca berita ketika peristiwa terjadi pak Sambo sedang PCR di luar kan ternyata ga benar begitu. Pak Sambo sudah datang duluan satu hari sebelumnya. Jadi cerita ini di awal dengan kemudian berkembang atau sebelum ditelusuri itu banyak yang gak klop,” bebernya.

“Sehingga sebagai penyelidik kami bertanya-tanya ada apa ini begitu. Tentu saja kami tidak mau menuduh sembarangan tapi kami menduga, ada yang tidak logis begitu,” sambungnya.(hab)

BACA JUGA :  KPAI Minta Setop Bully Anak-Anak Irjen Ferdy Sambo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini