Stok Pertalite Kian Menipis, Menkeu Sri Mulyani Pusing Harus Tambah Subsidi

0
120
Pemerintah dan DPR RI memperkirakan kuota BBM Pertalite perlu ditambah 5 juta kiloliter lagi supaya stoknya tercukupi hingga akhir tahun. Tapi, jika stok Pertalite ditambah, berarti pemerintah harus siap menambah anggaran subsidi. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Stok BBM jenis Pertalite di sejumlah SPBU di wilayah Jakarta dikabarkan makin menipis. Bahkan di sejumlah SPBU stok Pertalite terpantau kosong.

Kosongnya stok Pertalite adalah akibat dari banyaknya konsumen yang lebih memilih jenis BBM ini. Apalagi, harganya tidak mengalami kenaikan dibandingkan dengan Pertamax.

Seperti yang kita ketahui, harga Pertalite masih pada kisaran Rp 7.650 per liter. Bandingkan dengan Pertamax yang harganya naik menjadi Rp12.500 per liter.

Bahkan, pemerintah dan DPR RI memperkirakan kuota BBM Pertalite perlu ditambah 5 juta kiloliter, dari yang tadinya 23 juta Kiloliter menjadi 28 juta kiloliter, agar stoknya tercukupi hingga akhir tahun.

Tapi hal tersebut bakal menjadi masalah serius. Pasalnya, jika stok Pertalite ditambah, pemerintah juga harus siap menambah anggaran subsidi, karena harga Pertalite saat ini masih disubsidi oleh pemerintah.

“Artinya, bakal ada tambahan subsidi di atas Rp 502 triliun yang sudah kita sampaikan. Belum lagi harga minyaknya sendiri yang kita asumsikan di dalam APBN kan basisnya USD 100 per barel. Kemarin pernah sampai USD 120 per barel. Jadi itu juga akan menambahkan,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kepada wartawan di gedung Kemenko Ekonomi, Jakarta, Rabu (10/8).

BACA JUGA :  Secara Konsisten, Indonesia Terus Bantu Masuknya Timor-Leste Jadi Anggota ASEAN ke-11

Tampaknya Sri Mulyani bakal makin pusing tujuh keliling jika stok Pertalite ditambah. Pasalnya, anggaran subsidi makin membengkak.

Agar anggaran subsidi tidak membengkak, Sri Mulyani meminta PT Pertamina Persero untuk benar-benar mengendalikan volume penjualan pertalite. Jadi, kalau saat ini stok pertalite tampak kosong di sejumlah SPBU, artinya Pertamina sedang mengendalikan volume jualnya.

“Itu semuanya memberikan tekanan kepada APBN kita di 2022 ini, meskipun APBN-nya bagus, surplus sampai dengan Juli 2022. Tapi tagihannya ini nanti kalau volumenya tidak terkendali akan jadi lebih besar di semester dua,” tutur Sri Mulyani. (BD)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini