Bencana Kekeringan Hantam Benua Eropa, Terparah Selama 500 Tahun Terakhir?

0
93
Kondisi kekeringan di Sungai Loire, Perancis. Enam puluh persen daratan di Uni Eropa (UE) dan Inggris dikabarkan dalam keadaan siaga kekeringan. Prancis dan Jerman menderita kekeringan "paling parah" dalam sejarah. Sedangkan Italia dan Spanyol mengalami kekurangan air terburuk dalam beberapa dekade terakhir. (foto: REUTERS/Stephane Mahe)

RADAR TANGSEL RATAS – Negara Prancis dan Jerman kali ini menderita kekeringan yang paling parah dalam sejarah. Sedangkan Italia dan Spanyol mengalami kekurangan air terburuk selama beberapa dekade terakhir. Sementara bulan lalu Pusat Penelitian Gabungan Komisi Eropa memperingatkan hampir setengah dari wilayah Uni Eropa berisiko kekeringan.

Seperti yang diilansir Telegraph, Selasa (9/8), lebih dari 100 kota di Prancis kekurangan air minum. Warga mengandalkan truk darurat untuk pasokan air selama kekeringan akibat perubahan iklim.

Penggunaan air dibatasi di 93 dari 96 departemen Prancis untuk menghemat pasokan air. Irigasi pun dilarang di seluruh bagian barat laut dan tenggara Prancis, sehingga berpotensi menyebabkan gagal panen.

Perdana Menteri Perancis Elisabeth Borne mengatakan kekeringan tahun ini adalah yang paling serius dalam sejarah Perancis.
Di wilayah Burgundy, Prancis, debu putih dan ikan-ikan mati sekarang banyak terlihat di sepanjang River Tille. Di dasar sungai yang kering di kota Lux, Prancis, orang-orang bisa dengan mudah menemukan ikan-ikan yang mati, termasuk ikan trout.

BACA JUGA :  Dua Hakim Agung Jadi Tersangka KPK, Desmond Mahesa: MA Sekarang Sarang Koruptor

“Ini memilukan,” kata Andrea Toreti, seorang peneliti senior di European Drought Observatory. Padahal biasanya 8.000 liter air per detik mengalir melalui daerah tersebut. “Sungai itu akan terus kering, dan semua ikan akan mati,” tambahnya.

Toreti mengatakan kekeringan yang melanda Eropa tahun ini bakal makin memburuk, dan kemungkinan besar akan melampaui kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Ada risiko yang sangat tinggi bahwa kurangnya curah hujan saat ini di Eropa barat dan tengah akan berlanjut selama tiga bulan ke depan,” ungkapnya seperti yang dikutip MSN News, Sabtu (13/8).

Peringatan itu datang ketika Pusat Penelitian Bersama Komisi Eropa (JRC) memperkirakan bahwa kekeringan dapat mempengaruhi kondisi alam di 47 persen benua Eropa.

Sebagai akibat dari suhu yang terik, permukaan air telah anjlok di seluruh Eropa. Hal iru memaksa beberapa pihak berwenang memberlakukan pembatasan penggunaan air.

Di Republik Ceko, lebih dari selusin batu ditemukan di dekat Kota Decin yang dilintasi Sungai Elbe. Suhu yang terik membuat air sungai menyusut sehingg batu-batu besar di dasar sungai bisa dilihat dengan sangat jelas. Batu-batu tersebut dulunya pernah digunakan untuk mencatat penyusutan air.

BACA JUGA :  Anies Nyatakan Dukung Wacana Gulirkan Hak Angket yang Digagas Partai Pro Ganjar-Mahfud

Menurut sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2013 oleh tim ilmuwan dari Ceko, pada batu-batu itu tercatat tahun 417, 1616, 1707, 1746, 1790, 1800, 1811, 1830, 1842, 1868, 1892, dan 1893. Batu yang paling lama tercatat di Sungai Elbe adalah yang bertahun 1616.

Di Italia, cuaca panas selama berminggu-minggu telah membuat permukaan air danau dan sungai berada pada rekor terendah. Penduduk kota harus berjuang menghadapi suhu yang terik. Para petani mengkhawatirkan panen mereka. Tak mengherankan bila Dewan Riset Nasional di Italia menyatakan bahwa tahun 2022 akan menjadi tahun terpanas dan terkering yang pernah tercatat di Italia.

Menurut Jean-Pierre Sonvico selaku Kepala Federasi Regional untuk Penangkapan Ikan dan Perlindungan Lingkungan Akuatik, mengalihkan ikan ke sungai lain tidak akan menyelesaikan masalah, karena sungai-sungai lainnya juga terkena dampak buruk kekeringan.

“Ya, ini dramatis karena apa yang bisa kita lakukan? Tidak ada,” ujarnya. “Kami sedang menunggu, berharap turun hujan lebat,” ungkap Sonvico.

Menurut ahli meteorologi dari Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK), Peter Hoffmann, kekeringan di Eropa tahun ini disebabkan oleh perubahan iklim. “Tapi kekeringan di musim panas ini benar-benar yang paling terasa berat,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Politisi PDIP: Penggunaan Aplikasi MyPertamina Bikin Susah Rakyat Kecil!

Perubahan iklim, kata Hoffmann, juga memperburuk kondisi karena suhu yang lebih panas mempercepat penguapan. Tanaman yang haus mengambil lebih banyak kelembaban dan mengurangi hujan salju di musim dingin. Akibatnya, pasokan air tawar untuk irigasi di musim panas jadi sangat terbatas. (BD)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini