Pertama di Dunia! Pria Italia Positif Cacar Monyet, COVID-19, dan HIV Secara Bersamaan

2
115
Beredar kabar seorang pria warga negara Italia menjadi orang pertama di dunia yang dinyatakan positif cacar monyet, COVID-19, dan HIV di waktu yang bersamaan. (ilustrasi foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Seorang pria warga negara Italia jadi orang pertama di dunia yang dinyatakan positif cacar monyet, COVID-19, dan HIV di waktu yang bersamaan. Para peneliti di University of Catania mengatakan, pria berusia 36 tahun itu dinyatakan positif terinfeksi tiga virus tadi setelah melakukan perjalanan ke Spanyol di awal tahun ini.

Seperti yang dilansir The Sun, Kamis (25/8), pria yang belum diketahui identitasnya itu menderita demam, sakit tenggorokan, kelelahan, sakit kepala, dan radang pada selangkangannya. Pria itu mengaku menghabiskan waktu lima hari di Spanyol (16-20 Juni 2022), dan berhubungan seks tanpa kondom dengan sesama pria.

Menurut laporan kasus yang diterbitkan oleh Journal of Infection, setelah dites, pria tersebut positif terinfeksi COVID-19 pada 2 Juli 2022, tiga hari setelah pertama kali mengalami gejala. Pada hari yang sama, ia mulai mengalami ruam di lengan kirinya. Lepuh-lepuh juga muncul di kulitnya dalam beberapa hari setelah itu.

Pada 5 Juli 2022, pria itu dirawat di unit gawat darurat di Rumah Sakit Universitas San Marco di Catania, Italia, sebelum dipindahkan ke unit penyakit menular.

BACA JUGA :  Permohonan Praperadilan Ditolak, LP3HI Ancam Bakal Kembali Gugat Bareskrim Soal Kasus Helikopter Ketua KPK

Di sana, ia diuji untuk kemungkinan infeksi cacar monyet, dan ternyata dinyatakan positif. Ia juga di-screening  untuk beberapa IMS dan dinyatakan positif HIV -1. Para peneliti menyimpulkan bahwa “mengingat jumlah CD4 yang diawetkan, kita dapat berasumsi bahwa infeksinya relatif baru.”

Para peneliti juga mengungkapkan bahwa pasien sebelumnya telah melakukan tes HIV pada September 2021 dengan hasilnya negatif. Pada 11 Juli 2022, setelah pulih dari cacar monyet dan COVID-19, pria itu dipulangkan dari rumah sakit tempat ia mengisolasi diri.

Ilmuwan mengonfirmasi bahwa legiun kulitnya telah sembuh dan berkerak, hanya meninggalkan bekas luka. Laporan dari universitas mencatat, “Kasus ini memperlihatkan bahwa gejala cacar monyet dan COVID-19 dapat tumpang tindih. Kasus ini juga menguatkan bukti bahwa dalam koinfeksi, pengumpulan anamnestik dan kebiasaan seksual sangat penting untuk melakukan diagnosa yang benar.”

Para ilmuwan juga menyatakan bahwa swab orofaringeal cacar monyet masih positif setelah 20 hari. “Hal itu menunjukkan bahwa orang-orang yang terjangkit cacar monyet mungkin masih menularkan penyakitnya selama beberapa hari setelah remisi klinis. Akibatnya, dokter harus mendorong tindakan pencegahan yang tepat,” kata mereka.

BACA JUGA :  Kinerja Keuangan Saham Tesla di Kuartal I 2023 Merosot Rp 169,91 Triliun, Gara-Gara Berikan Diskon?

Mereka menambahkan, “Karena ini adalah satu-satunya kasus cacar monyet, SARS-CoV-2, dan koinfeksi HIV yang dilaporkan, masih belum cukup bukti yang mendukung bahwa kombinasi ini dapat memperburuk kondisi pasien.”

Menurut data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus cacar monyet telah menyebar ke seluruh dunia, dengan lebih dari 41 ribu kasus dilaporkan di 94 negara. Virus cacar monyet menyebar terutama melalui kontak kulit ke kulit.

Sejauh ini, petugas medis percaya bahwa virus tersebut terus ditularkan terutama di melalui hubungan seksual antara gay, biseksual, atau pria yang berhubungan seks dengan pria lain. Para peneliti juga menyatakan sedang mengidentifikasi beberapa kasus baru yang mungkin terkait dengan perjalanan.

Bulan lalu, Mitcho Thompson, pria asal California yang menderita COVID-19 dan cacar monyet secara bersamaan, menggambarkan bagaimana gejala-gejala yang ia rasakan. Ia mengaku mulai melihat ruam-ruam merah di sekujur tubuhnya tidak lama setelah dinyatakan positif COVID-19.

Ia juga menjelaskan bagaimana ia menemukan luka di beberapa bagian tubuhnya, seperti kaki, lengan, punggung, dan leher.

BACA JUGA :  Kementerian Kebudayaan dan Swasta Buka 51 Layar Bioskop Baru di 17 Kabupaten Jawa

Selain mengaku sangat kesakitan, Thompson juga menceritakan bahwa hal paling terburuk yang ia alami adalah ketika hampir tidak bisa bangun dari tempat tidur atau minum air. Ia menyebut masa-masa sakitnya itu sebagai “pekan kesengsaraan” karena merasa seperti terkena flu yang sangat parah.

Dr. Dean Winslow, seorang profesor kedokteran di Universitas Stanford yang berbicara tentang kasus tersebut pada saat itu, mengatakan bahwa seseorang tertular COVID-19 dan cacar monyet di waktu bersamaan sebenarnya sangat jarang terjadi, tapi mungkin saja terjadi.

“Tentu saja bukan tidak mungkin hal itu terjadi. Ini hanya nasib buruk. Mereka adalah virus yang sangat berbeda,” tutur spesialis penyakit menular itu kepada NBC Bay Area.

Sementara itu, seperti yang dilansir Liputan6.com, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa penyakit cacar monyet memiliki dua varian yakni, Afrika Tengah dan Afrika Barat. Tapi, katanya, varian yang paling banyak beredar adalah Afrika Barat dan memiliki tingkat fatality rate rendah. (BD)

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini