RADAR TANGSEL RATAS – Radiasi nuklir dikhawatirkan terjadi di area pembangkit tenaga nuklir Zaporizhzhia, Ukraina. Padahal, warga kota Zaporizhzhia berlokasi 45 kilometer dari pembangkit tersebut.
Masyarakat setempat pun mulai diberikan obat yang mengandung iodine guna membantu menangkal dampak radiasi nuklir. Obat iodine diyakini bisa memblokir penyerapan radioactive iodine oleh kelenjar tiroid ketika kecelakaan nuklir terjadi.
Berdasarkan laporan AP News, Sabtu (27/8), kebijakan distribusi obat ini diambil setelah pembangkit tenaga nuklir tersebut terkena dampak di tengah invasi Rusia. Otoritas setempat menyebut ada kebakaran di lini transmisi. Kekhawatiran terjadinya bencana nuklir pun menyeruak.
Zaporizhzhia adalah pembangkit nuklir terbesar di Eropa. Citra satelit dari Planet Labs menampilkan asap dari kebakaran di sekitar kompleks pembangkit nuklir tersebut.
Pembangkit Zaporizhzhia telah diduduki oleh pasukan Rusia, meski masih ada pekerja Ukraina yang beraktivitas di dalamnya. Pihak Ukraina dan Rusia sama-sama saling menyalahkan terkait serangan di area tersebut.
Badan energi atom PBB sudah berencana untuk mengirim tim ke Zaporizhzhia, tapi belum jelas kapan tim tersebut akan datang.
Belum jelas apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Reuters pada Jumat lalu (26/8) melansir bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut gempuran pasukan Rusia pada Kamis (25/8) waktu setempat telah memicu kebakaran di ash pit yang ada di pembangkit listrik tenaga batu bara setempat, yang kemudian memutuskan aliran listrik ke kompleks reaktor PLTN Zaporizhzhia.
Meski demikian, generator diesel cadangan berhasil memastikan pasokan listrik berkelanjutan yang vital untuk sistem pendinginan dan keamanan pembangkit nuklir setempat. Zelensky memuji para teknisi Ukraina yang mengoperasikan PLTN itu di bawah pendudukan militer Rusia.
Operator sistem transmisi di Ukraina, Ukrenergo, pada Jumat kemarin juga mengatakan dua lini tenaga listrik utama di pembangkit tersebut sudah beroperasi.
Pihak Ukraina menyebut Rusia telah menggunakan lokasi pembangkit itu sebagai lokasi penyimpanan senjata, dan melancarkan serangan dari sana. Sementara pihak Rusia menuduh Ukraina melancarkan serangan dengan sembrono.
Terkait aliran energi, badan nuklir Ukraina, yakni Energoatom, menyebut pembangkit itu telah kembali memproduksi listrik untuk kebutuhan Ukraina. Sementara, pejabat Rusia di Zaporizhzhia berkata listrik yang disediakan hanya untuk wilayah yang dikendalikan Rusia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron berkata tim dari Badan Energi Atom Internasional harus segera dikerahkan. Ia pun memberi peringatan bahwa “tenaga nuklir sipil seharusnya jangan menjadi instrumen perang.”
Lana Zerkal, penasihat Kementerian Energi di Ukraina, menyebut Rusia berusaha melakukan sabotase pada kunjungan tim PBB.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga telah mengingatkan agar menghindari terjadinya bencana nuklir dari konflik antara kedua negara.
Sebelumnya dilaporkan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengaku sangat khawatir atas pertempuran yang terjadi di dekat fasilitas nuklir Zaporizhzhia di bagian selatan Ukraina. Sebab, bila fasilitas tenaga nuklir itu terkena dampak serangan, maka sama saja dengan bunuh diri.
“Adanya potensi kerusakan ke Zaporizhzhia adalah bunuh diri,” ujar Guterres, seperti yang dilansir BBC, Jumat (19/8). Pandangan itu disampaikan Guterres saat bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di kota Lviv, Ukraina.
Presiden Erdogan menyampaikan pemikiran serupa. Ia bahkan mengkhawatirkan adanya “Chernobyl” lain akibat dampak pertempuran dekat fasilitas nuklir tersebut. Bencana Chernobyl terjadi pada 1986 di wilayah Ukraina yang dulu bagian dari Uni Soviet. Dampak bencana tersebut masih dirasakan bertahun-tahun usai kejadian. (BD)