Banjir di Pakistan Tewaskan 1.000 Orang, Kerugian Nyaris Rp 150 Triliun

2
112
Sepertiga wilayah negara Pakistan telah terendam air sehingga mempersulit masyarakat dalam mengakses air bersih. Bencana banjir yang terjadi di luar perkiraan ini diduga telah merenggut 1.136 nyawa, termasuk anak-anak. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Dampak dari perubahan iklim dunia saat ini benar-benar dirasakan oleh sebagian besar warga negara Pakistan. Banjir besar yang melanda negeri itu memicu kerugian hingga nyaris mencapai Rp 150 triliun. Pemerintah Pakistan secara tegas menyebut kengerian perubahan iklim sebagai penyebab banjir.

Berdasarkan laporan BBC, Rabu (31/8), Kementerian Perencanaan, Pembangunan, dan Reformasi Pakistan menyebut kerugian setidaknya mencapai US$ 10 miliar (Rp 147 triliun). Pakistan pun telah meminta dana bailout dari IMF sebesar US$ 1,1 miliar.

Jumlah korban kematian akibat banjir di Pakistan sudah lebih dari 1.000 orang dan berdampak kepada 33 juta orang lain. Dengan kata lain, 15 persen populasi Pakistan terdampak banjir.

Hujan deras juga merendam jalanan, tanaman, rumah, jembatan, dan infrastuktur lainnya. Menteri Perencanaan Ahsan Iqbal berkata pada Reuters bahwa kerugian akibat bencana ini sangatlah besar.

“Saya pikir akan besar. Sejauh ini, estimasi yang sangat awal mengestimasi jumlahnya besar, lebih dari US$ 10 miliar,” ujarnya, seperti yang dirilis Liputan6.com (31/8).

BACA JUGA :  WMS Voucher Jawab Kebutuhan Internet bagi Para Pelaku Usaha

Ahsan juga menyebut bahwa negaranya akan menghadapi kekurangan makanan pada beberapa pekan dan bulan ke depan. Banjir di tahun 2022 ini, kata Ahsan, juga lebih parah dibanding banjir besar pada tahun 2010 yang menewaskan lebih dari 2.000 orang.

Ia pun ikut meminta negara-negara kaya untuk membantu Pakistan secara finansial. Sebab, ia melihat Pakistan telah menjadi korban dari “pembangunan tak bertanggung jawab dari developed world”.

Menteri Perubahan Iklim Pakistan, Sherry Rehman, menggambarkan bencana banjir yang terjadi merupakan bencana kemanusiaan dalam proporsi besar yang dipicu iklim. Tim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun, kata Rehman, telah meningkatkan responsnya untuk memberikan bantuan kepada para korban.

Rehman, menyebut sepertiga wilayah negaranya telah terendam air. Krisis yang terjadi disebut sudah di luar perkiraan dan mempersulit akses air bersih. “Ini semua lautan yang luas, tidak ada tanah kering untuk memompa air,” ujarnya seperti yang dirilis BBC, Selasa (30/8).

Banjir yang terjadi adalah akibat hujan yang terus-terusan membasahi Bumi pada Juni 2022. Setidaknya 1.136 orang telah dilaporkan meninggal akibat dampak banjir yang terjadi, termasuk anak-anak.

BACA JUGA :  PT KCI dan PT KAI Berencana Impor Kereta Bekas, Andre Rosiade: Tendang Keluar Pejabat Mental Impor!

Hujan musim panas yang bertubi-tubi ini adalah yang paling deras selama satu dekade terakhir. Pemerintah menyalahkan perubahan iklim atas apa yang terjadi.

“Literally, sepertiga Pakistan terendam air saat ini, yang bahkan lebih parah dari setiap batas, bahkan setiap norma yang kita lihat di masa lalu,” ujar Rehman kepada AFP. “Kita tidak pernah melihat sesuatu yang seperti ini,” ia menambahkan.

Dujarric menjelaskab, Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, beserta PBB dan pemerintah Pakistan merencanakan bantuan darurat (flash appeal) sebesar US$ 160 juta atau Rp 2,3 triliun untuk memenuhi kebutuhan kelompok yang paling rentan.

“Bantuan tersebut dikucurkan pada Selasa (30/8) secara bersamaan dari Jenewa dan Islamabad,” kata Dujarric, seperti yang dilaporkan Xinhua.

PBB, kata Dujarric, telah memobilisasi sekitar 7 juta dolar AS, termasuk mengarahkan kembali program dan sumber daya yang telah ada guna memenuhi kebutuhan yang paling mendesak.

Pemberian bantuan yang sedang berlangsung meliputi bantuan makanan dan nutrisi, pasokan dan layanan medis, air bersih, dukungan kesehatan ibu, vaksinasi ternak, dan penampungan.

BACA JUGA :  RDP dengan KPU Senin Depan, DPR Bakal Putuskan Draf PKPU Pilkada Rujukan MK

Selain itu, Dana Tanggap Darurat Pusat PBB telah mengalokasikan US$ 3 juta untuk menyediakan layanan kesehatan, nutrisi, makanan, air, sanitasi, dan kebersihan bagi mereka yang paling membutuhkannya.

Menurut Menteri Luar Negeri Bilawal Bhutto-Zardari berkata sepertiga yang terbunuh diperkirakan adalah anak-anak. Namun, ia masih memeriksa jumlah pasti dampak banjir.

Pemerintah memperkirakan 33 juta warga Pakistan terdampak banjir ini. Akses ke sejumlah desa pun terputus karena hancurnya jembatan dan jalanan.

“Desa-desa tersapu banjir. Jutaan rumah telah hancur,” ujar Perdana Menteri Shehbaz Sharif usai memerisak area terdampak banjir dengan helikopter.

Provinsi yang paling parah terdampak adalah Sindh dan Balochistan, daerah pegunungan seperti Khyber Pakhtunkhwa juga kena. Bantuan internasional dilaporkan sudah berhasil mencapai Pakistan. (BD)

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini