RADAR TANGSEL RATAS – Di tengah rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif berharap masyarakat bisa hijrah dari penggunaan kendaraan pembakaran konvensional ke kendaraan listrik.
Menurut Arifin, dengan beralihnya ke mobil listrik atau motor listrik, hal itu akan memberikan dampak yang lebih baik, tidak hanya bagi pengguna itu sendiri tapi juga untuk lingkungan yang lebih hijau.
“Inilah evolusi kendaraan bermotor, yang tadinya bermotor bakar jadi berlistrik, bersih lingkungan dan hemat. Biaya listriknya juga semakin lama semakin kompetitif,” tutur Arifin dalam keterangan resminya saat meninjau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Green Energy Station (GES) di Bali, Selasa (30/8).
Tidak hanya itu, kata Arifin, bila masih menggunakan kendaraan konvensional, nantinya konsumen juga akan dibebankan dengan beberapa kenaikan harga, salah satunya adalah BBM. Sebab, dalam waktu dekat ini, pemerintah akan memberlakukan harga baru serta pajak baru terkait polusi kendaraan.
“Sebaliknya, bila tetap menggunakan bahan bakar fosil, akan semakin mahal. Belum lagi kedepannya nanti kena pajak karbon. Jadi memang kita harus beralih ke energi bersih terbarukan yang memang sumbernya di alam,” ujar Arifin.
Mengingat kebutuhan yang semakin besar, Arifin juga mendorong partisipasi seluruh pihak untuk mempercepat transisi menuju kendaraan listrik menuju efisiensi nasional.
“Jadi memang siapa pun bisa ikut, bagaimana kita bisa mendorong demand kendaraan listrik. Dari sisi biaya bahan bakar,” pungkasnya.
Senada dengan Arifin, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto yakin penggunaan kendaraan bermotor listrik sebagai alat transportasi dapat menyelesaikan beragam tantangan seperti soal lingkungan dan impor BBM.
Karena itu, menurut Djoko, program era elektrifikasi perlu untuk selalu didorong khususnya pada segmen roda dua. “Kebijakan untuk energi nasional yaitu mengurangi impor bensin yang sekarang itu sudah 40-50 persen, salah satunya dengan kendaraan listrik, khususnya motor listrik,” tuturnya, seperti yang dirilis Kompas.com (29/8).
Djoko menambahkan, kendaraan listrik juga bisa menghemat subsidi sekitar Rp 0,6 triliun per tahun. Sehingga selain udara akan bersih sebagai dampak penggunaan kendaraan listrik, beban impor pada BBM juga bakal berkurang.
“Tapi kita tahu bahwa sekarang BBM itu naik harganya di internasional, angkanya bisa mencapai subsidinya itu Rp 500 triliun, ini (data) dibuat pada 2020 sebelum harga BBM naik,” katanya.
Adapun mengenai peta jalan elektrifikasi kendaraan bermotor di Tanah Air, Djoko meyakini bisa berdampak positif. Sebab, saat ini sudah mulai banyak pabrikan otomotif yang memperkenalkan dan menjual teknologi terkait.
“Kalau kita lihat, target kita sebenarnya 100.000 unit kendaraan listrik di tahun ini apabila tidak pandemi Covid-19. Dengan angka segitu saja, di 2025-2030 nanti sekitar 300.000 barrel oil per hari yang bisa dikurangi,” ungkap Djoko.
Jika 300.000 barrel bensin akan berkurang setiap harinya, kata Djoko, maka otomatis subsidi juga akan berkurang. Lalu, kalau dilihat dari sisi masyarakat, menurut Djoko, penghematan biaya bahan bakarnya sekitar Rp 100.000 per bulan untuk motor listrik, dan Rp 320.000 per bulan untuk mobil listrik. (BD)