RADAR TANGSEL RATAS – Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, mengusulkan agar para suami diizinkan berpoligami untuk menekan angka penderita HIV/AIDS di kalangan ibu rumah tangga.
Uu pun meminta para pria yang sudah menikah tidak lagi “jajan sembarangan” yang berpotensi menularkan HIV/ AIDS kepada para istri dan anak-anaknya.
“Daripada seolah-olah suami tidak suka begitu, tapi akhirnya kena HIV/AIDS ke istrinya sendiri. Toh agama juga memberikan lampu hijau asal siap adil. Kenapa tidak? Makanya daripada ibu kena HIV/ AIDS, sementara ketahuan suami seperti itu, mendingan diberikan keleluasaan untuk poligami,” kata Uu, seperti yang dirilis CNNIndonesia.com, Selasa (30/8).
Menurut Uu, sosok suami harus mampu berkomunikasi dengan para istrinya kalau memang merasa punya kemampuan untuk berpoligami. Ia juga mengaku siap memfasilitasi masyarakat yang ingin menikah lagi demi mencegah penyebaran HIV/AIDS.
“Kalau perlu masyarakat ingin nikah tidak ada biaya, kenapa tidak? Saya akan konsultasi dengan Pak Gubernur untuk ada program nikah massal. Kita kan pemerintah harus respons terhadap keinginan masyarakat. Kalau perlu, Pemprov mengadakan nikah massal bagi yang tidak punya biaya,” ujarnya.
Uu menyebut berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS di KPA Bandung, terdapat 5.943 kasus positif HIV di Bandung selama periode 1991-2021. Dari jumah itu, 11 persen di antaranya merupakan ibu rumah tangga.
Kata uu, salah satu pemicu penyebaran penyakit ini adalah suami yang melakukan hubungan seks dengan pekerja seks tapi tidak menggunakan pengaman. Selain itu, sebanyak 6,9 persen atau 414 kasus adalah mahasiswa.
“Sekarang kan sedang viral di Bandung ternyata ibu-ibu banyak yang kena HIV/ AIDS. Kedua, anak- anak muda banyak juga yang kena,” tutur Uu.
Uu menegaskan bahwa dalam agama Islam, perzinahan sangat dilarang. Maka pernikahan menjadi solusi untuk mencegah seseorang melakukan perbuatan zina. Pendidikan tentang seks juga harus lebih serius diberikan kepada generasi muda agar terhindar dari perbuatan terlarang itu.
“Nah menurut saya, di samping harus ada pemahaman tentang bahaya HIV/AIDS, kemudian juga tentang pendidikan seks terhadap masyarakat, dan juga penyuluhan dari pemerintah tentang HIV/ AIDS, masyarakat sendiri harus mempunyai keberanian untuk bersikap,” ujarnya.
Sebelumnya, Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bandung, Jawa Barat, mencatat kasus penularan HIV-AIDS didominasi usia produktif. “Paling banyak itu usia 20-29 tahun, persentasenya 44,84 persen, usia produktif banget,” kata Ketua Sekretariat KPA Kota Bandung Sis Silvia Dewi, Selasa (23/8).
Dewi menjelaskan, per Desember 2021 tercatat ada 12.358 pengidap HIV AIDS yang menerima pelayanan kesehatan di Kota Bandung. Rinciannya, 5.943 di antaranya merupakan warga Kota Bandung. (BD)