RADAR TANGSEL RATAS – Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut Presiden Joe Biden sebagai “musuh negara”. Hal itu diucapkan Trump pada rapat umum pertama sejak FBI menggeledah resort mewah miliknya di Florida untuk mencari file-file sensitif.
Seperti yang dirilis BBC, Minggu (4/9), Trump juga mengatakan kepada ribuan pendukungnya di Wilkes-Barre, Pennsylvania, bahwa Biden telah mempersenjatai FBI untuk melawannya.
Hal tersebut, kata Trump, adalah salah satu penyalahgunaan kekuasaan yang paling mengejutkan di pemerintahan mana pun dalam sejarah Amerika. Ia pun meyakini bahwa pelanggaran hukum yang mengerikan akan menghasilkan balasan seperti yang belum pernah dilihat siapa pun.
Trump juga membalas pidato bernuansa serangan dari Biden yang menyebut Trump bersama para pendukungnya sebagai ‘ekstremis’.
Trump mengecam pidato Biden tersebut sebagai pidato paling kejam yang penuh kebencian dan memecah belah. Karena itulah Trump menyebut Biden sebagai musuh negara. “Dia adalah musuh negara. Anda harus tahu itu,” tandas Trump.
Di kesempatan itu pula, Trump mengaku ingin menyelamatkan demokrasi. Sebab, menurutnya, bahaya demokrasi datang dari kiri radikal. “Kami yang berusaha menyelamatkan demokrasi. Sangat sederhana. Bahaya demokrasi datang dari kiri radikal, bukan dari kanan,” tandasnya.
Trump muncul di Pennsylvania untuk menggalang dukungan dari Partai Republik untuk mempromosikan dua kandidat pilihannya. Keduanya yaitu Dr. Mehmet Oz yang mencalonkan diri menjadi Senat AS, dan Senator Nagara Bagian Pennsylvania Doug Mastriano yang berlomba untuk menjadi gubernur Pennsylvania berikutnya.
Kedua kandidat tersebut hanya berbicara singkat. Bisa dibilang, rapat umum pada Sabtu malam itu benar-benar hanya membahas tentang satu orang, yaitu Donald Trump.
Trump menghabiskan bagian pertama pidatonya yang hampir dua jam dengan mengkritik FBI. Tapi kemudian isi pidatonya kembali ke tema yang ia suarakan sebelumnya, yaitu klaim palsu bahwa Pemilihan Umum 2020 telah dicuri, serangan terhadap saingan di Partai Demokrat, dan berjanji untuk “menyelamatkan negara”.
Trump juga beberapa kali menyerukan agar orang yang mengedarkan narkoba dihukum mati.
Sebelumnya diberitakan bahwa rumah kediaman Trump di Florida digeledah FBI pada hari Senin (9/8). Mar-a-Lago yang dijuluki “Gedung Putih Musim Dingin” dijadikan target FBI karena rumah tersebut selalu dikunjungi Trump di musim dingin saat ia masih menjabat Presiden AS.
Penggeledahan yang dilakukan FBI itu disebut Trump sebagai langkah politik karena lawannya takut ia akan mengumumkan maju sebagai presiden di tahun 2024.
Fox News pada hari Selasa (9/8) melaporkan bahwa penggeledahan itu berkaitan erat dengan hal-hal yang dibawa Trump setelah ia selesai menjabat sebagai presiden.
Usai penggeledahan FBI, Trump juga merilis video di media sosial Truth miliknya. Pada video itu, Trump menyorot aksi Rusia dan mengkritik Presiden AS Joe Biden.
“Kita adalah negara yang merosot. Kita adalah negara gagal. Kita negara yang memiliki inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir,” ujar Donald Trump dalam video tersebut.
Selain itu, Trump juga menyebut negaranya kini harus “mengemis” kepada Venezuela dan Arab Saudi untuk mendapat minyak, serta menjadi pecundang di Afghanistan.
Di pemerintahan Joe Biden, inflasi di AS memang sedang meroket ke atas 9 persen dan ekonomi sedang mengalami resesi. Terkait masalah minyak, baru-baru ini Joe Biden memang berkunjung ke Arab Saudi dan bertemu Pangeran Mohammed bin Salman untuk membahas minyak.
Kabar penggeledahan FBI terkuak usai diumumkan langsung oleh Trump sendiri. Ia menyebut kejadian itu sebagai “hari yang gelap” karena ia menganggap ada politisasi.
“Sebuah serangan dari Demokrat Radikal Kiri yang dengan putus asa tak mau saya maju sebagai Presiden di 2024, terutama berdasarkan polling baru-baru ini. Mereka juga akan melakukan segalanya untuk menyetop Republik dan Konservatif di Pemilu Midterm mendatang,” tulis Donald Trump dalam pernyataan resminya. (BD)