RADAR TANGSEL RATAS – Change Management atau “manajemen perubahan” jadi fokus PT. Pelabuhan Indonesia/Pelindo (Persero) Regional 4 pasca-merger setahun lalu. Demikian diungkapkan Regional Head 4 Pelindo, Enriany Muis.
Kata dia, dampak dari meleburnya semua Pelindo menjadi satu (merger) di tahun 2021 ini sangat baik. “Selain dapat meningkatkan kinerja perseroan hingga dua kali lipat, kini PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 4 tengah fokus pada implementasi change management,” ucapnya, kepada wartawan, di Makassar baru-baru ini.
Adapun, imbuhnya, change management itu bertujuan agar tercapai standar nasional perusahaan dengan berdasarkan pada planning dan controlling serta kerja sama dengan subholding. Untuk diketahui, change management adalah pendekatan pengelolaan transisi individu, tim, dan organisasi dari kondisi saat ini ke kondisi masa depan yang diinginkan.
Change Management adalah proses organisasi yang bertujuan membantu para eksekutif untuk menerima dan merangkul perubahan dalam lingkungan bisnis mereka. Kembali ke Enriany, manajemen perubahan ini dapat berdampak pada kinerja pelabuhan.
“Contohnya saat ini di Pelabuhan Ambon, yang tadinya Port Stay-nya bisa memakan waktu selama 3 hari, kini berkurang menjadi hanya 1 ½ hari. Kemudian juga di Cabang Makassar, sebelumnya Port Stay-nya bisa mencapai 2 hari, saat ini hanya menjadi 1 hari saja, dan di cabang Tolitoli dari 3 hari menjadi 2 hari,” terang Enriany.
Dan, untuk optimalisasi operasional di semua pelabuhan yang dikelola Pelindo Regional 4, Enriany mengatakan ada beberapa hal yang dilakukannya. “Salah satunya adalah optimalisasi aset. Jadi, aset-aset yang mungkin idle, yang kurang efektif pada suatu cabang, bisa dialokasikan ke cabang lain. Bukan hanya cabang yang berada di Regional 4 saja, akan tetapi di semua cabang lingkup Pelindo,” cetusnya.
Itulah untungnya pelindo bersatu (merger), imbuh Enriany. “Harapannya, aset-aset yang idle tersebut bisa lebih optimal pemanfaatannya di seluruh pelabuhan di Wilayah Pelindo,” tandasnya.
Selain fokus, Enriany menambahkan bahwa change management yang dilakukan pasca-merger juga dalam rangka mewujudkan standardisasi pelayanan. “Yang selanjutnya terkait dengan change management itu sendiri yang tidak kalah penting adalah dilakukannya digitalisasi,” sebut dia.
Semua itu akan berjalan dengan cepat dan lebih efisien dengan adanya digitalisasi, termasuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang bekerja di masing-masing pelabuhan, ungkapnya. “Kami juga konsen untuk meningkatkan kualitas dengan mengikutsertakan pada pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi di bidang kepelabuhanan,” tambahnya.
Adapun implementasi digitalisasi yang dilakukan oleh Pelindo Regional 4, jelas Enriany, adalah penerapan aplikasi untuk pelayanan kapal yaitu Phinisi yang sedang dikembangkan oleh Head Office (HO) yang nantinya akan digunakan secara serempak di seluruh pelabuhan di Indonesia. “Implementasi digitalisasi lainnya yang sudah dilakukan di Regional 4 misalnya di cabang Makassar dan 11 cabang lainnya, yaitu sistem autogate di pintu masuk pelabuhan,” tukasnya.
Hal tersebut, kata dia, dilakukan untuk mengurangi kontak langsung dan dalam rangka transparansi. “Dan, meminimalisasi sebisa mungkin tidak ada lagi pungli di pelabuhan,” pungkasnya. (SAN)