RADAR TANGSEL RATAS – Pemerintah berencana membagikan kompor listrik secara cuma-cuma agar masyarakat beralih dari kompor gas LPG. Tujuannya jelas, agar pemerintah bisa mengurangi konsumsi LPG yang selama ini masih impor dan disubsidi pemerintah.
Program yang tengah diujicobakan PLN di sejumlah daerah adalah membagikan kompor listrik berdaya 1.000 watt kepada masyarakat. Tapi program tersebut menuai penolakan dari kalangan ibu rumah tangga.
Erna, warga Kota Bandung, menolak migrasi ke kompor listrik karena kompor listrik yang ada saat ini memiliki daya yang besar. Sementara daya listrik di rumahnya hanya 1.300 VA.
“Kompor listrik dayanya gede-gede. Dayanya 1.000 sampai 2.000-an dan rumah aku cuma 1.300. Ya habis dipakai masak token aku,” tutur Erna, seperti yang dirilis Merdeka.com, Selasa (20/9).
Menurut Erna, penggunaan kompor listrik sebaiknya ditujukan kepada masyarakat kelas menengah atas. Selain daya yang dipakai lebih besar, mereka juga tidak terlalu masalah dengan hal tersebut.
Sebaliknya, bagi masyarakat kelas bawah, tentunya mereka belum siap. Sebab, mereka harus menambah daya listrik, dan tagihan listriknya juga akan lebih tinggi dari biasanya. “Kalau tambah daya kan hitungannya buat bayar listrik jelas lebih gede,” ungkap Erna.
Hal senada juga diungkapkan Ratna. Ibu dua anak itu menolak jika pemerintah membagikan kompor secara gratis untuk migrasi dari kompor LPG. “Saya tidak setuju sama program itu,” kata Ratna (20/9).
Warga Kabupaten Bandung itu menilai migrasi ke kompor listrik bagi warga di daerah belum tepat. Sebab, di tempatnya tinggal masih sering ada pemadaman listrik.
Meskipun setiap ada pemadaman ada informasi, hal itu bisa mengganggu aktivitas rumah tangga yang menggunakan kompor listrik. Selama listrik mati, ia mengaku tidak bisa memasak. Apalagi, mati listrik di area tempat tinggalnya kadang mulai dari jam 9 pagi hingga sore hari. “Kecuali kalau listriknya on terus,” tutur Ratna.
Selain itu, dia khawatir penggunaan kompor listrik bisa menambah tagihan listrik. Dalam sebulan, tagihan listriknya saat ini bisa di atas Rp 500 ribu. Dia memperkirakan penggunaan kompor listrik bisa menambah beban biaya tagihan listrik.
“Pakai kompor listrik nanti bayar listriknya tambah mahal, kalau pakai gas kan seminggu paling Rp 24.000,” ungkapnya.
Terlebih, saat ini harga-harga kebutuhan pokok terus naik, dan hal itu menjadi beban baginya. “Saya memang pakai daya yang besar tapi takut bayarnya yang tidak sanggup. Gaji suami juga enggak naik-naik,” tuturnya. (BD)