RADAR TANGSEL RATAS – Harga minyak dunia mengalami penurunan pada akhir perdagangan Senin (26/9) waktu setempat (Selasa pagi WIB). Penurunan harga minyak dunia ini terjadi akibat kekhawatiran resesi yang mendorong nilai tukar Dolar AS melonjak.
Seperti yang dilansir CNBC, harga minyak mentah Brent berakhir turun di bawah 85 Dolar AS per barel untuk pengiriman November, atau jatuh 2,1 persen, tepatnya pada level 84,32 Dolar AS per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate berjangka turun 2,3 persen ditutup pada level 76,97 Dolar AS per barel.
Nilai tukar Dolar AS melonjak ke level tertinggi sejak tahun 2002. Sementara itu Poundsterling jatuh ke level terendah. Penurunan harga minyak mentah dunia baik Brent maupun WTI sudah terjadi sejak pekan lalu, dengan penurunan sekitar 5 persen.
Menurut salah satu pendiri dan Direktur Penelitian di Energy Aspects, Amrita Sen, penurunan harga minyak terjadi karena nilai tukar Dolar AS yang lebih kuat. “Hal ini memicu kekhawatiran resesi,” tuturnya.
Sementara menurut Kepala Strategi Komoditas di Saxo, Ole Hansen, minyak mentah WTI diperdagangkan di bawah 80 Dolar AS per barel, sementara Brent berada di harga 80-an Dolar AS per barel.
Menanggapi hal tersebut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tak mau buru-buru menurunkan harga BBM. Menurut dia, meski harga minyak mentah dunia turun, tapi di sisi lain kurs Rupiah mengalami pelemahan yang cukup dalam.
“Sekarang kita lihat harga ICP mungkin turun karena brent dan WTI mengalami penurunan. Tapi kurs mengalami pelemahan,” kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (27/9).
Sri Mulyani menjelaskan, penurunan harga minyak dunia bisa mengompensasi dana yang dikeluarkan ketika harga komoditas itu mencapai di atas 100 Dolar AS per barel beberapa bulan lalu.
Menurutnya, saat melakukan perhitungan bersama DPR untuk laporan dana subsidi BBM semester I-2022, pemerintah mengerek anggaran subsidi energi dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun dengan asumsi kenaikan harga minyak dunia 100 Dolar AS per barel.
“Kalau sekarang turun di bawah 90 Dolar AS, pasti mengompensasi kenaikan di atas 100 Dolar AS itu. Jadi pasti membantu kalau harga minyak 2022,” ungkap Sri Mulyani.
Ia juga mengingatkan bahwa ada dua faktor lain yang mempengaruhi kompensasi itu, yakni nilai tukar rupiah dan volume minyak yang dibeli. Hal itu berarti jika nilai tukar rupiah melemah dan volume meningkat, kompensasi itu tidak akan banyak terbantu.
Tercatat, nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.124 per Dolar AS pada sore ini (27/9). Mata uang menguat 5 poin atau 0,04 persen dari perdagangan sebelumnya.
Lalu, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan Rupiah di posisi Rp 15.155 per Dolar AS di perdagangan hari ini.
Sri Mulyani mengaku telah menyerahkan penyaluran volume BBM kepada Kementerian ESDM dan PT Pertamina (Persero). Sejauh ini, pemerintah telah menambah kuota pertalite dari 23,05 juta kiloliter (kl) menjadi 29 juta kl hingga akhir 2022, dan solar subsidi naik dari 14,9 juta kl menjadi 17,4 juta kl. (BD)