RADAR TANGSEL RATAS – Seorang pria berusia 37 tahun ditangkap karena diduga membuat ancaman bom di atas pesawat Singapore Airlines (SIA) dari San Francisco yang mendarat di Singapura pada Rabu dini hari (28/9). Menurut The Straits Times yang dikutip Kamis (29/9), pria yang ditangkap terkait ancaman bom itu adalah warga negara asing.
Penerbangan SQ33, yang lepas landas dari San Francisco pada hari Senin (26/9) pukul 22.26 atau Selasa (27/9) pukul 13.26 waktu Singapura, dengan 209 penumpang dan 17 awak di dalamnya, harus dikawal oleh dua jet tempur RSAF sebelum mendarat di Bandara Changi pada Rabu (28/9) sekitar pukul 05.50 waktu setempat. Demikian pernyataan pihak polisi Republik Singapura.
Polisi diberitahu tentang ancaman itu pada hari Rabu sekitar pukul 2.40 pagi, tambah pihak kepolisian.
Seorang juru bicara SIA menjelaskan bahwa setelah mendarat, pesawat dengan nomor penerbangan SQ33 itu diarahkan ke area terisolasi di bandara untuk pemeriksaan keamanan, dan kemudian ditarik ke Terminal 3 setelah pemeriksaan keamanan selesai.
Menurut Defence Ministry (Mindef) atau Kementerian Pertahanan Singapura, Tim dari Kelompok Pertahanan Kimia, Biologi, Radiologi dan Bahan Peledak Angkatan Darat Singapura, serta Divisi Polisi Bandara berada di lokasi untuk memverifikasi klaim tersebut.
“Ancaman itu kemudian diverifikasi sebagai ancaman palsu, dan orang yang mencurigakan telah ditangkap,” ungkap juru bicara Kementerian Pertahanan Singapura, dalam sebuah posting Facebook, Rabu (28/9).
Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen, dalam sebuah posting Twitter mengatakan bahwa Angkatan Udara telag mengaktifkan dua jet tempur F-16 untuk mengawal penerbangan pesawat SQ33.
Hasil penyelidikan awal kepolisian menunjukkan bahwa penumpang diduga mengatakan ada bom di dalam tas jinjing, dan bahkan menyerang kru pesawat.
“Dia ditahan oleh kru, dan kemudian ditangkap karena dicurigai mengonsumsi obat-obatan terlarang. Penyelidikan polisi sedang berlangsung,” kata pihak kepolisian setempat.
Saat penerbangan SQ33 mencapai Terminal 3 sekitar pukul 09.20, penumpang terlihat lelah saat turun dari pesawat. Mereka dengan cepat diantar untuk mengambil barang bawaan, yang telah dialihkan dari jalur aslinya.
Seorang penumpang ekspatriat yang menetap di Singapura mengatakan kepada Straits Times bahwa dirinya tidak mengetahui ada ancaman penuh, meskipun dia tahu tentang pengawalan jet tempur.
Dia berkata: “Kami tahu itu sesuatu yang berbeda dari seseorang yang mabuk dan tidak tertib karena mereka mendaratkan kami di antah berantah dan kemudian kami menunggu di landasan selama tiga jam atau lebih.”
Data dari situs pelacakan lalu lintas udara Flightradar24 menunjukkan bahwa pesawat SQ33 berputar-putar di angkasa sebelum turun menuju Singapura. Tidak ada penundaan kedatangan, dengan waktu penerbangan tercatat 16 jam dan 25 menit tercatat.
Personel dari Divisi Polisi Bandara dan Kelompok Pertahanan Kimia, Biologi, Radiologi dan Bahan Peledak berada di lokasi untuk menyelidiki klaim penumpang. “Ancaman bom kemudian diverifikasi sebagai ancaman palsu,” kata juru bicara Mindef.
Pihak maskapai menginformasikan bahwa semua penumpang dan awak pesawat turun secara normal pada pukul 09.20 waktu Singapura.
“Singapore Airlines meminta maaf kepada semua pelanggan yang terkena dampak atas ketidaknyamanan yang disebabkan oleh insiden ini. Kami membantu pelanggan kami dengan pemesanan ulang untuk penerbangan selanjutnya yang mungkin mereka lewatkan,” tutur perwakilan maskapai. (BD)