
RADAR TANGSEL RATAS – Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Kerakyatan yang berunjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Jumat (30/9), tidak mendapat respons dari Presiden Joko Widodo atau pihak Istana Negara.
Dalam unjuk rasa tersebut ada sejumlah tuntutan yang mereka sampaikan, mulai dari batalkan pasal-pasal bermasalah di RUU KUHP, tuntaskan kasus pelanggaran HAM Munir, hingga tolak kenaikan harga BBM. Tapi hingga unjuk rasa selesai, tak ada satupun perwakilan dari Istana Negara yang menemui mereka.
“Oleh karena itu kita perlu gencarkan napas panjang dan semangat kita menjadi berlipat ganda hingga mencapai pada puncak pengkhianatan rezim sebagai tanda kedaruratan untuk melawan pengkhianatan rezim atas rakyatnya,” kata Koordinator Pusat BEM SI Kerakyatan, Abdul Kholiq.
Karena itulah, BEM SI Kerakyatan bakal menggelar Sidang Rakyat l pada 20 Oktober 2022 depan, dan dengan tegas meminta Presiden Jokowi hadir.
“Pertama, memberikan peringatan kepada Presiden Jokowi untuk hadir pada Sidang Rakyat tanggal 20 Oktober 2022 di Jakarta,” kata Abdul.
Mereka juga menyampaikan sejumlah tuntutan, di antaranya yakni memprioritaskan penggunaan APBN untuk kepentingan rakyat. “Di tengah krisis seperti program subsidi BBM dibandingkan memprioritaskan berbagai proyek strategi nasional yang minim urgensi,” ujar Abdul.
Para pengunjuk rasa juga menolak, pengadaan infrastruktur yang membuka lahan masyarakat tapi tak berkeadilan. Selain itu, mereka juga meminta pemerintah melakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK dan mengembalikan penegakannya seperti awal.
“Kami juga menolak komersialisasi pendidikan secara institusional dan menyeluruh, khususnya di perguruan tinggi,” tandas Abdul.
Aksi demonstrasi BEM SI Kerakyatan sempat diwarnai aksi saling dorong dengan aparat kepolisian. Salah satu polisi yang berjaga di lokasi terluka di bagian wajah akibat insiden tersebut.
Seperti yang dilansir Suara.com, suasana mulai memanas sekitar pukul 17.40 WIB, saat seorang orator memprovokoasi massa mahasiswa untuk memblokade jalan sambil berteriak “Mundur, mundur!”
Sontak, aparat kepolisian yang berjaga di lokasi langsung menahan barisan massa. Polisi mendorong massa untuk minggir ke sisi jalan. Tujuannya, agar tidak mengganggu arus lalu lintas.
Tiba-tiba suasana menjadi semakin panas saat mahasiswa dan polisi saling sikut. Seorang petugas kepolisian terpantau mengalami luka di bagian wajah tepatnya di bagian kening.
Petugas kepolisian itu langsung ditarik polisi lainnya untuk diamankan. Setelah itu, seorang polisi lainnya berteriak ke arah mobil komando sambil emosi. “Ini anggota saya. Luka wajahnya, kalian apain? Tanggung jawab! Siapa yang pukul, tanggung jawab!,” tandas polisi tersebut. (BD)