Mengejutkan! Data PBB Menyebut Asia Jadi Benua Paling Mematikan Bagi Perempuan?

1
100
Laporan PBB mengungkap bahwa jumlah femisida tertinggi pada tahun 2021 lalu tercatat terjadi di Asia, dengan perkiraan jumlah korban mencapai 17.800. Asia pun dinilai sebagai benua yang "paling mematikan" di dunia bagi kaum perempuan. Sementara Afrika menjadi benua paling mematikan kedua, dengan 17.200 korban. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Baru-baru ini ada kabar mengejutkan dari data PBB. Disebutkan bahwa lebih dari setengah perempuan dan anak perempuan yang tewas tahun lalu dibunuh oleh pasangan atau keluarga dekatnya sendiri. Data PBB tersebut menyebut bahwa Asia jadi benua yang paling mematikan.

Dikutip dari Liputan6.com (24/11/2022), kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) serta UN Women yang menerbitkan laporan tersebut, angka yang disebut tadi menunjukkan ada lebih dari lima perempuan atau anak perempuan yang dibunuh oleh seseorang dari keluarga mereka setiap jamnya.

Meskipun temuan terkait femisida ini “sangat tinggi”, angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi lagi, kata laporan itu menekankan.

Laporan PBB tersebut juga memperkirakan sekitar 81.100 perempuan dan anak perempuan sengaja dibunuh tahun lalu. “Dari semua perempuan dan anak perempuan yang sengaja dibunuh tahun lalu, sekitar 56% dibunuh oleh pasangan intim atau anggota keluarganya yang lain. Hal itu menunjukkan bahwa rumah bukanlah tempat yang aman bagi banyak perempuan dan anak perempuan,” kata laporan tersebut.

BACA JUGA :  Tuding Anies Baswedan Curi Start Kampanye, Elit PDIP: Ingat, Masih Bakal Calon!

Laporan itu juga mengakui bahwa secara keseluruhan, laki-laki dan anak laki-laki jauh lebih mungkin untuk dibunuh, yang angkanya mencapai 81% dari seluruh korban.

Meski begitu, perempuan dan anak perempuan jadi kelompok yang sangat terdampak oleh kekerasan berbasis gender di rumah mereka sendiri, kata laporan itu.

Laporan PBB itu juga mengungkap bahwa jumlah femisida tertinggi pada 2021 tercatat terjadi di Asia, dengan perkiraan jumlah korban mencapai 17.800. Sementara Afrika menjadi benua paling mematikan kedua, dengan 17.200 korban.

“Bukti yang ada menunjukkan bahwa kemajuan dalam mencegah pembunuhan berbasis gender atas perempuan dan anak perempuan terlalu sedikit,” kata pernyataan dari PBB.

Laporan tersebut juga mengungkap bahwa di Eropa, pembunuhan perempuan dan anak perempuan oleh keluarganya telah berkurang sebanyak 19% dalam satu dekade terakhir. Sedangkan Amerika mengalami penurunan rata-rata sebesar 6% pada periode yang sama.

Selain itu, laporan dari PBB juga menyebutkan bahwa lockdown COVID-19 kemungkinan besar menjadi faktor penyebab tahun 2020 menjadi “sangat mematikan” bagi perempuan dan anak perempuan di Amerika Utara.

BACA JUGA :  Soal Perpanjangan Masa Jabatan Ketua KPK Jadi Lima Tahun, MAKI Bakal Ajukan Uji Materi Putusan MK Tersebut

Laporan itu mencatat bahwa femisida yang terjadi di awal pandemi, “lebih besar dibanding tahun manapun sejak 2015.”

Sementara untuk Afrika, Asia, dan Oseania, PBB mengaku tidak dapat menggambarkan tren-nya dari waktu ke waktu karena kurangnya data.

“Dengan memastikan setiap korban dihitung, kami dapat memastikan bahwa pelaku dapat dimintai pertanggungjawaban dan keadilan bisa ditegakkan,” kata perwakilan dari kantor PBB tersebut.

Atas dasar itulah PBB kemudian mendesak adanya komitmen politik dari negara-negara untuk pencegahan kekerasan berbasis gender, termasuk memperkenalkan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, berinvestasi dalam organisasi hak-hak perempuan dan mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk pencegahan. (BD)

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini