RADAR TANGSEL RATAS – Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia bersama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, meresmikan Pusat Konservasi Kura Kura Leher Ular Rote KHDTK Oelsonbai di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada hari Rabu, 21 Desember 2022.
Head of TJSL AirNav Indonesia, Hermawansyah, menjelaskan bahwa program konservasi satwa endemik dengan nama latin Chelodina Mccordi tersebut dijalankan oleh kedua BUMN bersama Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) Kupang, serta Yayasan Dampak Sosial Indonesia tersebut. Bahkan Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Yayasan Konservasi Nusa Palapa (KONUPA) juga terlibat dalam kerja sama tersebut,
“Bagi AirNav Indonesia dan PT Wijaya Karya, program ini merupakan bagian dari Program Bakti BUMN untuk Indonesia, yaitu sebagai salah satu upaya mendukung program Pemerintah dalam menjaga kelestarian Kura Kura Leher Ular Rote dari kepunahan,” tutur Hermawansyah dalam sambutannya.
Melalui program konservasi tersebut, populasi Kura-Kura Leher Ular Rote di habitat aslinya di masa depan diharapkan bisa bertambah. “Di dalam fasilitas yang diresmikan hari ini, selain sebagai wahana edukasi dan penelitian, diharapkan pula Kura Kura Leher Ular Rote bisa ditangkar dan dibudidayakan, untuk kemudian dikembalikan ke habitat aslinya,” ujar Hermawansyah.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Badan Standarisasi Instrumen Kementerian LHK, Nur Sumedi, menyampaikan apresiasi kepada AirNav Indonesia dan Wika yang berkolaborasi mendukung terealisasinya pembangunan Pusat Konservasi Kura-Kura Leher Ular Rote di Kupang.
“Kami sangat bangga melihat antusiasme yang cukup tinggi dari seluruh pihak yang terlibat, khususnya Airnav Indonesia dan PT Wijaya Karya. Ini adalah bentuk nyata kepedulian kita terhadap kelestarian kura kura leher ular Rote,” ungkap Nur Sumedi.
Nur Sumedi yang hadir mewakili Kepala Badan Standarisasi Instrumen Kementerian LHK menjelaskan bahwa Nusa Tenggara Timur tercatat sebagai salah saatu wilayah dengan kekhasan flora dan fauna endemik yang cukup berlimpah. Salah satunya adalah Kura-Kura Leher Ular Rote, yang seiring waktu mengalami penurunan populasi secara drastis dan terancam punah.
Kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Oelsonbai dipilih sebagai lokasi pusat konservasi satwa endemik yang masuk dalam Red List IUCN dengan status konservasi critically endangered (CR) sejak tahun 2000 tersebut. Bukan tanpa alasan, menurut Nur Sumedi, berbagai penelitian konservasi Kura-Kura Leher Ular Rote telah dilakukan para peneliti BPSILHK Kupang di Oelsonbai sejak tahun 2009.
“Di lokasi ini, sejumlah fasilitas kami kembangkan, antara lain meliputi kolam display utk sarana eduwisata bagi masyarakat. Kemudian ada pula kolam reintroduksi sebagai mimiatur habitat asli, kolam rehabilitas, serta kolam pakan,” papar Nur Sumedi.
Sebagai informasi, sekitar tahun 2004, Kura-Kura Leher Ular diusulkan untuk dimasukkan dalam daftar Appendix II CITES. Hal ini mengingat nilai ekonomi dari Kura-Kura Leher Ular yang cukup tinggi.
Ciri fisiknya yang unik seperti berleher panjang menyerupai ular, menjadikan satwa ini menjadi banyak target perburuan dan perdagangan internasional.
Di sisi lain, dilansir dalam laman resmi BBKSDA Nusa Tenggara Timur, peran yang dimiliki Kura-Kura Leher Ular termasuk penting dalam ekosistem, yaitu sebagai penjaga kesehatan perairan dengan memakan hewan perairan yang sudah mati.
Selain itu, bekas sarang bertelur dari satwa ini juga berperan dalam menyuburkan dan menambah kandungan nutrisi tanah. (BD)