Bloomberg Sebut Proyek IKN Hanya Menarik di Brosurnya, Tapi Pembiayaannya Tidak Jelas

0
67
Pemerintah Indonesia terus berusaha merayu pihak swasta untuk berinvestasi dalam pembangunan Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara di Kalimantan Timur. Berbagai insentif disiapkan, termasuk keringanan pajak. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Bloomberg, media asing ternama asal Amerika Serikat (AS), menyoroti proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Indonesia, yang konon digadang-gadangkan dikelilingi oleh daerah-daerah penghasil migas, batu bara, batuan andesit hingga emas dan perak yang nilainya fantastis.

Dalam laporan bertajuk “Ambitious Plans to Build Indonesia a Brand New Capital City Are Falling Apart” yang dikutip Rabu (21/12/2022), media tersebut menyoroti masa depan nasib proyek IKN setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) lengser pada 2024 mendatang. Apalagi setelah tiga tahun proyek ini diumumkan, belum ada satu pun investor yang tertarik untuk ikut serta.

Bahkan, Bloomberg juga menyindir bagaimana brosur IKN Nusantara tampak menarik, tapi pembiayaannya masih tidak jelas.

“Apa yang tidak mereka tunjukkan dengan jelas adalah di mana Indonesia akan menemukan US$ 34 miliar untuk membangun ibu kota baru dari awal,” tulis Bloomberg dalam laporannya, dikutip dari Suara.com (21/12/2022).

Selain itu, Bloomberg adalah periode Presiden Jokowi yang hanya tinggal 18 bulan saja. Setelah tiga tahun proyek IKN diumumkan, tak ada satu pun investor yang sepenuhnya berkomitmen untuk membiayai proyek ini.

BACA JUGA :  Catat, Ya, Mendagri Tito Restui Pj. Kepala Daerah Lakukan Pemecatan Sampai Mutasi ASN yang Melanggar Aturan

Pada 2 Desember 2022, Presiden Jokowi menyatakan ada permintaan investasi yang tinggi di IKN, tapi Bloomberg menilai belum ada kejelasan tentang apakah ada kontrak mengikat yang telah ditandatangani. Sebab, sejumlah perusahaan dari China, Korea Selatan, Malaysia, dan Uni Emirat Arab hanya baru menandatangani letter of intent.

Bloomberg juga menyorot masalah korupsi, kronisme, dan birokrat yang lambat di Indonesia, serta pertumbuhan ekonomi yang kurang kuat dibanding Vietnam dan Filipina. Hal tersebut dinilai akan mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. (BD)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini