RADAR TANGSEL RATAS – Keraton Surakarta dikabarkan kembali geger oleh terjadinya kericuhan untuk yang kesekian kalinya. Pada Jumat petang (23/12), terjadi bentrokan yang melibatkan pihak Paku Buwono XIII (Hangabehi) dengan kubu Lembaga Dewan Adat (LDA) pimpinan GKR Koes Moertiyah atau yang akrab disapa Gusti Moeng.
Belum jelas bagaimana kronologi dan penyebab terjadinya bentrokan yang mengakibatkan sejumlah orang terluka itu. Tapi, menurut kabar yang beredar, perwakilan dari kedua kubu mengaku bahwa kelompok mereka diserang terlebih dahulu.
Dikutip dari okezone.com (24/12), Wakil Ketua LDA KP. Eddy S Wirabhumi mengatakan ada sejumlah 50 orang yang hendak mengunci seluruh pintu akses ke Sasana Wilapa sekitar pukul 21.00 WIB. Salah seorang dari kelompok tersebut membawa senjata api dan kemudian menodongkannya.
“Yang bertahan hanya beberapa abdi dalem. Kalau disuruh melawan ya pastinya tidak berani,” ungkap Eddy.
Menurutnya, pihak LDA yang saat itu tengah berjaga di dalam kawasan Keraton Surakarta hanya bertahan agar tetap bisa berada di dalam keraton.
“Karena ada aksi pasti ada reaksi. Mas Yudistira tadi faktanya digebukin. Tapi setelah itu jika maksud melakukan pembelaan itu saya rasa wajar-wajar saja,” tuturnya.
Edi menduga ada oknum lain yang ikut andil dalam perseteruan keluarga inti keraton. “Ya kami terus mewanti-wanti untuk jangan ikut-ikut karena ini merupakan masalah keluarga biar diselesaikan oleh keluarga inti,” ungkapnya.
Sementara itu, dari pihak Sinuwun PB XIII yang diwakili oleh Wakil Pengageng Sasana Wilapa, Kanjeng Raden Arya (KRA) Dani Nur Adiningrat, mengklaim bahwa ada perintah dari Sinuwun untuk mengamankan area keraton.
“Ancaman ke pihak kami naik karena ada pemukulan. Akhirnya abdi dalem kami dapat dhawuh dalem untuk mengamankan area keraton,” ungkapnya.
Dani menjelaskan, pengamanan yang dimaksud bertujuan agar tidak ada pergerakan bebas dari orang-orang yang sedang berada di dalam keraton.
“Terus kami juga untuk menurunkan tensi menjaga keamanan keraton dan lain sebagainya. Ternyata abdi dalem yang ditugaskan itu diserang menggunakan alat-alat. ada yang pake pentungan dan lain sebagainya sampai jatuh lah korban,” katanya.
Dani menambahkan, ada sekitar 4-5 orang di pihaknya yang mengalami luka berdarah dan setelah kejadian sudah langsung dibawa ke rumah sakit. “Kejadian ini adalah kejadian kekerasan yang terjadi beruntun bukan cuma antara personal dan by personal,” ujarnya.
Kapolresta Surakarta Kombes Pol Iwan Saktiadi mengaku tengah menyelidiki kasus bentrokan tersebut. Ia mengatakan kepolisian akan menindaklanjuti jika ada bukti yang mengarah ke tindak pidana. “Kalau ada unsur yang mengarah ke pidana akan kami tindak lanjuti,” katanya.
Meski demikian, pihaknya tetap berharap kedua pihak yang berseteru tersebut dapat mengambil langkah damai. “Kami akan mediasi,” katanya, dikutip dari Antara.
Sebelumnya, konflik internal Keraton Surakarta kembali memanas menyusul munculnya isu pencurian dan penganiayaan yang melibatkan pihak dalam keraton.
Dikutip dari suara.com, mengenai dugaan penganiayaan, Sentono Ndalem Keraton Kasunanan Surakarta, KRA Christophorus Aditiyas Suryo Admojonegoro mengaku telah dianiaya oleh putri Keraton Solo berinisial GKR TRKD.
Dan terkait bentrokan yang terjadi kemarin, kuasa hukum KRA Christophorus Aditiyas Suryo Admojonegoro, Agung Susilo, melalui pesan tertulisnya mengatakan ada empat orang di pihaknya yang terluka. “Dari satgas 4 orang luka di kepala,” tulisnya.
Di pihak lain, Wakil Ketua LDA KP Eddy Wirabhumi mengatakan ada seorang di pihaknya yang mengalami luka. Beberapa korban luka telah dibawa ke Rumah Sakit Islam Kustati, Pasar Kliwon. (BD)