RADAR TANGSEL RATAS – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau yang lebih akrab dengan sapaan Kang Emil baru-baru ini terlibat perseteruan dengan warganet terkait dengan pembangunan Masjid Raya Al Jabbar berbiaya Rp 1 triliun yang diketahui menggunakan dana APBD.
Bukan itu saja, bahkan Kang Emil juga dikritik soal transportasi publik. Tak sedikit warganet yang menganggap bahwa Kang Emil tidak bijak. Warganet menganggap transportasi juga merupakan salah satu bagian terpenting yang perlu diperhatikan.
Menanggapi hal tersebut, dikutip dari Suara.com (7/1/2023), Kang Emil mengklaim bahwa Bandung sudah memiliki transportasi massal. Tapi, klaimnya tersebut kembali dipertanyakan oleh warganet.
Dan sepertinya Kang Emil tersulut oleh kritikan warganet terkait ketersediaan transportasi publik di kawasan Jawa Barat. Sebab, hal tersebut oleh warganet dikaitkan dengan penggunaan dana APBD yang dimanfaatkan untuk pembangunan Masjid Al Jabbar, sementara menurut warganet, Jawa Barat lebih membutuhkan transportasi publik yang baik.
Banyak pula warganet yang mengaitkan transportasi publik di Jawa Barat dengan janji kampanye yang pernah digembar-gemborkan oleh Kang Emil sebelum ia menjabat sebagai gubernur.
Sebelumnya pernah ada warganet dengan akun medsos bernama Rail-Boy yang menyampaikan kritikannya soal transportasi di Bandung. Ia membandingkan transportasi di Bandung dengan Semarang.
“Sebagai orang Bandung juga KTP-nya Bandung yg merantau di Semarang dan juga ikut projek transportasi umum di sini (Trans Semarang), saya emang heran sama Bandung. Sama-sama ibu kota provinsi tapi bisa jauh bgt sistem transportasi umumnya. Tiap balik ke Bandung berasa ke jaman batu,” ujar pengguna Twitter tersebut.
Berdasarkan beberapa sumber, data Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia pada tahun 2019 yang lalu tercatat bahwa Bandung menduduki peringkat ke-14 sebagai kota termacet di Asia.
Bahkan Bandung disebut-sebut sebagai kota termacet pertama di Indonesia, mengalahkan Surabaya.
Jumlah kendaraan yang terlalu banyak menjadi faktor utama adanya hal tersebut. Selain flyover, kebijakan lain yang menjadi perhatian Pemkot Bandung yaitu penguatan transportasi umum.
Padahal, dikutip dari Suara.com (7/1/2023), sejumlah negara di Eropa seperti Jerman, dan Inggris sempat mengajukan program kerja sama soal transportasi massal dan pengembangan kota Bandung. Tapi entah mengapa hal itu tak pernah terealisasi.
Seorang pakar transportasi dari ITB, Sonny Wibowo, menyebut bahwa transportasi publik Kota Bandung tertinggal jauh dibanding kota-kota metropolitan lainnya, apalagi kalau dibandingkan dengan Jakarta.
Hal tersebut dikarenakan transportasi massal yang sekarang beroperasi di Bandung dinilai tidak ada kemajuan, bahkan tidak dikelola dengan baik, sehingga ditinggalkan penumpang dan akhirnya banyak warga yang beralih menggunakan kendaraan pribadi.
Dikutip dari laman resmi ITB, Jakarta banyak dinilai sebagai kota dengan sarana transportasi terbaik di Indonesia. Terlepas dari berbagai kekurangannya, sarana transportasi di Jakarta disebut-sebut sangat beragam, mulai dari MRT, LRT, Transjakarta, KRL, dan berbagai angkutan lain.
Dua kota lain yang bisa dijadikan contoh terkait dengan reformasi sarana transportasinya yaitu Semarang dan Solo.
Diketahui, Kota Semarang mempunyai Feeder Trans Semarang dan Bus Trans Semarang. Disebutkan bahwa kunci sukses dari reformasi transportasi di Kota Semarang yaitu komitmen yang tinggi dari pemerintah daerahnya.
Kota Solo juga dianggap merupakan salah satu kota yang mulai berhasil melakukan reformasi pada transportasi publiknya. Saat ini, Kota Solo sudah mempunyai Bus Batik Solo Trans dan Feeder Batik Solo. (BD)