Jumlah Pengangguran Didominasi Lulusan SMK, Menaker: Karena Ada Mismatched Antara Pendidikan dan Kebutuhan Pasar

0
58
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) Agustus tahun ini sebesar 5,86 persen atau sebanyak 8,42 juta orang. Angka itu menurun dari 6,49 persen pada Agustus tahun lalu. Sedangkan jika dibandingkan dengan temuan Februari 2022, rasionya naik 0,03 persen. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Berdasarkan data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia per Agustus 2022 sebesar 5,86% atau mencapai 8,42 juta orang. Sementara lulusan SMK menyumbang TPT tertinggi, yaitu sebesar 9,42%.

Setelah SMK, TPT menurut pendidikan tertinggi selanjutnya ditempati oleh SMA sebesar 8,57%, SMP 5,95%, universitas menyumbang 4,80%, serta Diploma I/II/III menyumbang 4,59%.

Dikutip dari Detik.com (20/2/2023), Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan bahwa penyebab tingginya lulusan SMK pada TPT yaitu karena adanya mismatched antara pendidikan dan kebutuhan pasar.

“Ya karena memang kita masih adanya mismatched kebutuhan pasar kerja tidak berkesesuaian dengan kesiapan yang disiapkan oleh lembaga pendidikan maupun oleh pelatihan-pelatihan,” tuturnya usai menghadiri acara HUT ke-50 Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia di Balai Sarbini, Jakarta Selatan, Senin (20/2/2023).

Lebih lanjut, Ida menuturkan bahwa saat ini Kementerian Ketenagakerjaan telah memiliki sebuah program kerja untuk meminimalisir hal tersebut.

“Pendidikan dan pelatihan yang kita siapkan melalui pendidikan dan pelatihan itu tidak berkesesuaian dengan pasar kerja, makanya salah satu proker Kementerian Ketenagakerjaan itu adalah membangun link and match,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Macet di Bandung Terparah di Indonesia, Gubernur Ridwan Kamil Kurang Perhatikan Transportasi Massal?

Selain itu, menurutnya, dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 68 tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi merupakan salah satu upaya untuk mengurangi adanya mismatched antara pendidikan dan kebutuhan pasar kerja.

“Jadi, pendidikan dan pelatihan itu harus disiapkan berkesesuaian dengan kebutuhan pasar kerjanya,” tuturnya. (BD)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini