RADAR TANGSEL RATAS – Kementerian Ketenagakerjaan membuka peluang kerja sama dengan Pearson Vue dan Certiport terkait identifikasi skills gaps dan sertifikasi profesi di Indonesia.
“Kami menyambut baik kedatangan dan penyampaian usulan kerja sama dari Pearson Vue dan Certiport. Pertemuan hari ini diharapkan dapat menjadi langkah awal kerja sama antara Kemnaker dengan Pearson Vue dan Certiport,” kata Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Afriansyah Noor, saat menerima perwakilan Pearson Vue di Bali, Sabtu (25/3/20223), dikutip dari InfoPublik.id.
Dalam pertemuan tersebut, Afriansyah mengemukakan tantangan dan peluang peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia di Indonesia. Tantangan yang dimaksud yaitu tenaga kerja informal masih mendominasi, penduduk yang masih terdampak COVID-19, dan disrupsi teknologi digital yang ditandai dengan revolusi industri 4.0.
Adapun peluang yang dimiliki yakni Indonesia akan mencapai puncak bonus demografi pada tahun 2030, terciptanya lapangan pekerjaan yang bisa diisi oleh SDM Indonesia melalui proyek-proyek prioritas nasional.
“Dalam menjawab tantangan dan peluang tersebut, kita perlu SDM yang unggul dan berdaya saing,” ujar Afriansyah.
Afriansyah lalu menjelaskan, salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan SDM adalah melalui pelatihan vokasi. Terlebih, pelatihan memiliki beberapa keunggulan, yaitu durasi relatif singkat, input peserta tidak terbatas usia tertentu, inklusif berlaku untuk semua kalangan, berorientasi penempatan kerja, kewirausahaan, dan peningkatan produktivitas.
Sementara keunggulan lain dari pelatihan vokasi, kata Afriansyah, yaitu fleksibilitas program pelatihan terhadap perubahan dunia kerja, SDM pengajar adalah praktisi, program pelatihan yang to the point terhadap kompetensi yang dibutuhkan, dan dapat dikombinasikan program social safety net lain seperti Prakerja, KIP, PKH, dan BPJS.
Saat ini, pelatihan vokasi banyak dilirik oleh para pencari kerja dan juga pekerja untuk mendapatkan kompetensi atau meningkatkan kompetensi atau shifting kompetensi berdasarkan keunggulan-keunggulan tersebut.
“Ini karena pelatihan vokasi dirasa dapat menjadi solusi rendahnya daya saing angkatan kerja dan pengangguran pada era digitalisasi dan mismatch lapangan pekerjaan pada masa recovery ekonomi,” tutur Afriansyah. (BD)