RADAR TANGSEL RATAS – Wacana koalisi besar yang mempersatukan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) terus bergulir menjelang pemilu 2024. Istilah koalisi besar mencuat usai pertemuan lima ketum partai politik dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di DPP PAN beberapa waktu lalu.
Lalu, seperti yang dirilis Detik.com (6/4/2023), anggota Komisi VI DPR RI, Nusron Wahid, menyatakan Partai Golkar siap menjadi pemimpin Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Menurut Nusron, bersatunya kedua koalisi tersebut akan menjadi semacam ‘koalisi tengah’ yang bisa menjadi alternatif untuk mengatasi ketegangan politik antara Koalisi Perubahan dan PDI-P.
“Intinya, di tengah pertarungan Koalisi Perubahan (Nasdem, Demokrat dan PKS), dan PDIP, Golkar akan mempelopori koalisi besar. Jargonnya: Koalisi Indonesia Raya untuk Bangkit, Maju dan Berkarya,” ujar Nusron lewat keterangan tertulis, Kamis (6/4/2023).
Nusron menjelaskan koalisi tersebut akan mengedepankan komunikasi yang egaliter, sehingga tidak akan menimbulkan kecemburuan akibat adanya dominasi. Ia menegaskan sebagai pelopor koalisi, Golkar bisa dikatakan layak menjadi pemimpin di depan dan mengkoordinir semua tugas-tugas koalisi.
“Apalagi kita saat ini menjadi partai yang kursi paling banyak. Tapi yang terpenting adalah bahwa di dalam koalisi nanti benar-benar egaliter,” imbuhnya.
Terkait calon presiden dan wakil presiden, Nusron menyerahkan sepenuhnya kepada masing-masing ketua umum partai.
“Yang penting capres dan cawapresnya diyakini membawa kemenangan bagi koalisi ini. Saya yakin Ketum kami, Airlangga Hartarto merupakan sosok alternatif di tengah ketegangan politik,” ungkapnya.
Nusron juga menuturkan salah satu alasan koalisi besar itu dapat terwujud karena sosok Airlangga yang bisa diterima semua kalangan. “Beliau figur politisi yang adem dan santun. Tidak banyak berbicara, karena beliau memang politisi berbasis teknokrat,” tuturnya. (BD)