RADAR TANGSEL RATAS – TNI mengklaim saat ini Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Kelompok Separatis Teroris (KST) sudah dalam posisi terjepit. Diduga, anggota KST juga ada yang tewas tertembak saat penyerangan di Mugi-man, Nduga, Papua, Sabtu lalu (15/4/2023).
Seperti yang dilansir Liputan6.com, (2/4/2023), TNI pun meminta Kelompok Separatis Teroris (KST) segera menyerahkan sandera pilot Susi Air Capt Philips Mark Mehrtens. Permintaan itu dilayangkan agar tidak terjadi baku tembak kembali.
“Untuk kelompok KST, segera serahkan Pilot. Lepaskan senjata kita bangun Papua yang lebih humanis dan bermartabat,” kata Kapuspen Mabes TNI Laksda, Julius Widjojono (23/4/2023).
Selain itu, Julius juga mengimbau masyarakat setempat tidak terhasut oleh propaganda dari KST, segera memisahkan diri dari KST, dan bersedia memberikan informasi tentang KST itu sendiri.
“Masyarakat Papua yang mencintai NKRI untuk segera memisahkan diri dari kelompok mereka. Karena masih ada kabupaten-kabupaten yang masih cukup aman,” ujar Julius.
Sebab, Julius mengatakan berdasarkan hasil operasi di Nduga, Papua Pegunungan, yang ditingkatkan menjadi siaga tempur, pihak KST telah terjepit oleh pihak TNI.
“Operasi tetap pencarian pilot Susi Air. Iya tetap, dengan eskalasi siaga tempur. Kita tidak lagi bisa percaya mereka. Mereka yang menyerang loh, yang mendahului mereka bukan kita. Dan sekarang kondisinya terjepit,” ungkap Julius.
Ia juga menjelaskan bahwa KST sudah mulai terjepit karena diduga sudah ada beberapa personel KST yang tewas saat baku tembak di Distrik Mugi, Nduga, Papua Pegunungan.
“Iya, bayangkan 36 orang (prajurit TNI) itu kira-kira, menembak enggak dari ratusan peluru yang dibawa. Kan pasti menembak. Nah dari mereka pasti ada yang mati, tetapi mereka tidak menyebutkan itu, KST tidak menyebutkan,” papar Julius.
Alasan kedua, kata Julius, pihak KST sudah mulai terjepit karena sudah tidak lagi melakukan penyerangan kepada TNI saat proses evakuasi Pratu F dari jurang berkedalaman 140 meter.
“Nah ini tim bisa mengevakuasi yang kedalaman jurang 140 kalau situasi tidak aman kan tidak mungkin. Pasti diserang kan. Iya kan benar, jadi mereka sudah terjepit sudah bubar, kocar kacir,” tandasnya. (BD)