RADAR TANGSEL RATAS – Masalah utang yang terus menggunung, nilainya mencapai US$ 31,4 triliun, membuat pemerintah Amerika Serikat terancam kena default atau gagal bayar pada 1 Juni 2023 mendatang.
Seperti yang dilansir Reuters.com (21/5/2023), dalam kondisi utang yang terus membengkak bahkan setara dengan 130% dari total PDB, Amerika Serikat juga terancam kehabisan likuiditas. Bila hal itu benar-benar terjadi, dampaknya bakal sangat besar. Penduduk Amerika Serikat akan dirugikan karena pelayanan pemerintah bakal terhenti, pasar keuangan hingga pasar saham bakal terguncang, bahkan ancaman resesi pun semakin dekat.
Tapi yang mengagetkan, kekurangan likuiditas yang sedang melanda Amerika Serikat saat ini justru terlihat kontras dengan jumlah anggaran militernya yang angkanya semakin meningkat. Tercatat, hingga tahun 2022 anggaran militer yang ditetapkan mencapai US$ 778 miliar, naik 157% sejak 22 tahun silam.
Lalu, untuk tahun 2024, saperti dilaporkan Strait Times, Selasa (14/3/2023), pemerintah Amerika Serikat mengajukan anggaran pertahanan yang spektakuler, yakni US$ 886 miliar! Angka itu lebih banyak US$ 28 miliar dibanding anggaran di tahun lalu yang “hanya” US$ 858 miliar.
Anggaran pertahanan AS yang diajukan oleh Presiden Joe Biden itu akan dialokasikan sebesar US$ 842 miliar untuk Pentagon dan US$ 44 miliar untuk program terkait pertahanan di Federal Bureau of Investigation, Departemen Energi, serta lembaga lainnya.
Tak perlu diragukan, kekuatan militer Amerika Serikat menempati peringkat pertama dari 138 negara-negara di dunia, menurut Global Firepower pada tahun 2020. Dan hingga saat ini, belum ada negara lain yang bisa mengancam kekuatan militer Amerika Serikat yang jumlah total personel aktifnya mencapai 1,39 juta tentara.
Amerika Serikat pun memiliki sejumlah perusahaan pembuatan peralatan militer hingga kendaraan tempur seperti Lockheed Martin Corp, United Technologies Corp, dan General Dynamic. Bahkan negara adidaya yang gemar perang dan ikut campur urusan negara lain ini merupakan eksportir senjata terbesar di dunia.
Menurut data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), pada 2016 – 2020 yang lalu, Amerika Serikat menjadi pemasok senjata terbesar di dunia dengan kontribusi mencapai 37% terhadap pasokan global.
Selain itu, besarnya anggaran militer AS juga tidak lepas dari kepentingannya di negara lain. Pada akhir 2022 lalu Presiden Joe Biden memberikan bantuan ke Israel senilai US$ 3,3 miliar untuk keamanan plus US$ 500 juta untuk perbaikan sistem pertahanan rudal Iron Dome.
Dennis Ross, Distinguished Fellow dari Washington Institute for Near East Policy yang juga pernah menjadi asisten khusus Presiden AS ke 44 Barack Obama, mengatakan hubungan strategis kedua negara menjadi sangat erat sejak era Presiden Ronald Reagan pada 1980-an.
Kedua negara disebut saling membantu untuk mencapai tujuan geopolitik di Timur Tengah dan sekitarnya. Kedua negara juga saling menjaga keamanan di dalam dan luar negeri, berbagi informasi intelijen, melakukan latihan militer serta berkolaborasi meningkatkan teknologi.
Salah satu kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah tentu saja adalah minyak mentah. Sebagai negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, Amerika Serikat juga konsumen minyak mentah nomer satu di dunia.
Tercatat, pada tahun 2016 hingga 2020 lalu, hampir setengah atau mencapai 47% dari produksi senjata Amerika Serikat dikirimkan ke Timur Tengah.
Seperti yang sudah diketahui bersama, konflik atau perang antar beberapa negara di Timur Tengah hingga yang terbaru antara Rusia dan Ukraina menjadi momentum yang justru dimanfaatkan oleh AS untuk mendulang keuntungan. Saat perang terjadi, peralatan perang hingga bantuan pasukan militer menjadi lebih dibutuhkan.
Terkait perang Rusia-Ukraina, akumulasi bantuan militer Amerika Serikat ke Ukraina di sepanjang 2022 tercatat mencapai US$ 19,9 miliar. Itu merupakan bantuan militer terbesar yang diberikan suatu negara ke negara lainnya sejak Perang Dingin.
Sementara untuk alokasi belanja militer lainnya, sekitar US$ 295 miliar dialokasikan Amerika Serikat untuk operasi dan perawatan militer,l. Lalu untuk pengadaan serta riset pengembangan sebesar US$ 264 miliar, dan untuk personel militer sebanyak US$ 167 miliar.
Oleh karena itu, masuk akal bila anggaran militer yang digelontorkan pemerintah Amerika Serikat sangatlah tinggi. Bahkan dalam skala global, anggaran militer Amerika Serikat menjadi yang tertinggi dibandingkan negara lain. Menurut laporan International Institute for Strategic Studies (IISS), posisi AS menjadi yang tertinggi setelah China dan Inggris pada tahun 2021. (BD)