Wayan Koster Minta Siswa-Siswi di Bali Stop Nonton Film Upin-Ipin, Memangnya Kenapa?

0
163
Gubernur Bali Wayan Koster mengajak siswa-siswi di Bali jangan lagi menonton film Upin Ipin, dan beralih ke film Jayaprana. Sebab, film Jayaprana cocok untuk dijadikan inspirasi menjalani kehidupan yang lebih baik dan memajukan kebudayaan Bali. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Gubernur Bali I Wayan Koster meminta siswa-siswi di Bali berhenti menonton film kartun Upin-Ipin yang berasal dari Malaysia. Dia mengajak siswa-siswa untuk menonton produk dari tradisi sendiri. Hal itu ia sampaikan demi menjaga nilai budaya Bali dari akulturasi budaya luar. Apalagi, kata Koster, Bali kaya akan tradisi.

“Jangan lagi nonton itu (Upin-Ipin), nggak jelas itu, apa itu. Lebih baik kita bangun produksi yang berangkat pada tradisi dan budaya kita. Tanah Bali betul-betul memiliki kekayaan untuk itu,” ungkapnya saat acara penyerahan hadiah Lomba Esai Film Jayaprana di DPRD Provinsi Bali, Senin (14/8/2023).

Juga, Koster mengajak siswa-siswi di Bali menonton film Jayaprana untuk dijadikan inspirasi menjalani kehidupan yang baik. Menurutnya, hal tersebut menjadi bagian dalam membangun dan memajukan kebudayaan Bali. Sebab, menurut Koster, karya-karya anak bangsa merupakan sumber daya pembangunan Bali ke depan.

Selain itu, Koster juga mengajak masyarakat Bali menjadikan pendidikan sebagai masa depan masyarakat untuk membangun kehidupan dan perekonomian.

BACA JUGA :  Keren! Di Bandung Bakal Ada Patung Bung Karno Setinggi 22,3 Meter, Biaya Pembangunan Rp 14,5 Miliar

“Teknologi modern boleh berkembang, cara kehidupan modern boleh berkembang. Tapi satu hal yang titiang (saya) ingatkan, jangan kita meninggalkan budaya Bali,” tuturnya di depan ratusan siswa SMA.

Lebih lanjut, Koster lalu mengingatkan siswa-siswi di Bali bahwa saat ini orang yang bernama Ketut sudah hampir punah. Koster menyebut nama Ketut di Bali hanya 6 persen saja. Nama-nama lain yang juga terancam punah, kata Koster, yakni Nyoman dan Komang, karena hanya ada 18 persen. “Sudah langka, nama Ketut terancam punah,” ungkap politikus PDIP itu.

Bukan itu saja. Bahkan Koster juga meminta siswa-siswi serta masyarakat Bali meneruskan keturunan hingga empat anak. “Nanti kalau sudah menikah, kalau bisa, punya empat anak, akan diberi insentif yang namanya Ketut dan Nyoman,” tutur Koster. (ARH)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini