
RADAR TANGSEL RATAS – Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyebutkan bahwa wabah pneumonia ‘misterius’ di China berpotensi menjadi pandemi baru, Rabu (29/11/2023).
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes RI, dr. Imran Pambudi, meskipun tidak memiliki virulensi atau keganasan separah virus, mycoplasma pneumonia tetap berpotensi menjadi pandemi selanjutnya. Sebab, bakteri dapat menjadi awal mula dari munculnya pandemi.
Dr. Imran juga menuturkan bahwa pandemi lebih sering disebabkan oleh patogen yang virulensinya tinggi. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan mycoplasma pneumonia menjadi pandemi. “Tapi kalau dibandingkan dengan yang virus, itu jauh lebih cepat virus,” tuturnya dalam konferensi pers daring, Rabu (29/11/2023).
Kata dr. Imran, hingga saat ini penyebab dari kasus pneumonia misterius di China belum diketahui secara pasti. Tapi, berdasarkan laporan media China, kasus mycoplasma pneumonia meningkat sejak Mei 2023, yakni dengan tiga per empat pasien didiagnosis sebagai infeksi mycoplasma.
“Jadi memang di China ini, Mycoplasma memang menjadi causa terbanyak pada kasus pneumonia. Mycoplasma adalah bakteri, bukan virus. Ini merupakan penyakit penyebab umum infeksi pernapasan sebelum masa Covid-19,” papar dr. Imran. “Itu adalah penyebab umum dari penyakit paru, penyakit pernapasan, sebelum Covid-19 dengan insidensi 8,6 persen,” ia menambahkan.
Lebih lanjut, dr. Imran menerangkan bahwa patogen ini memiliki periode inkubasi dan penyebaran yang cukup lama sehingga disebut sebagai ‘Walking Pneumonia’. “Jadi agak berbeda dengan Covid-19. Kalau Covid-19, kan, waktunya pendek inkubasinya, kalau mycoplasma ini lama,” ujarnya dr. Imran.
Sebagai informasi, menjelang akhir tahun 2023, China kembali diserang penyakit misterius. Kali ini, jumlah kasus undefined pneumonia atau pneumonia ‘misterius’ yang menyerang anak-anak melonjak drastis.
Tercatat, kasus undiagnosed pneumonia pertama kali dipublikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di ProMed pada 22 November 2023 lalu. Menurut laporan CNN Internasional yang mengutip pejabat di Rumah Sakit Anak Beijing, saat ini rata-rata jumlah pasien anak dengan kasus pneumonia mencapai lebih dari 7.000 pasien setiap harinya. Jumlah tersebut jauh melebihi kapasitas rumah sakit.
Sementara itu, media pemerintah China melaporkan bahwa pada Sabtu lalu, rumah sakit anak terbesar di dekat Tianjin memecahkan rekor karena menerima lebih dari 13.000 anak di unit rawat jalan dan gawat darurat.
Melihat fenomena tersebut, Kemenkes RI mengimbau masyarakat Indonesia tidak panik dan mengikuti rekomendasi langkah-langkah untuk mengurangi risiko penyakit pernapasan, seperti menggunakan masker; menjaga jarak dengan orang sakit; rajin cuci tangan; hingga segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala batuk, demam, dan sulit bernapas.
Selain itu, Kemenkes juga telah menerbitkan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah dalam mengantisipasi penularan pneumonia di Tanah Air.
Dalam surat edaran tersebut, Kemenkes meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global. (ARH)