Pasca Wajib Militer Diberlakukan di Myanmar, Banyak Warganya yang Bikin Visa untuk Lari ke Luar Negeri

0
98
Pemerintah junta militer Myanmar beberapa waktu lalu mengumumkan setiap tahun akan merekrut 60.000 pemuda dan pemudi untuk menjalani wajib militer. Keputusan itu diambil karena junta militer kekurangan prajurit dalam perang saudara yang berkepanjangan di negara tersebut. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Myanmar kembali jadi pusat perhatian publik dunia setelah pihak militernya mengaktifkan Undang-undang Wajib Militer Rakyat. Berdasarkan undang-undang itu, laki-laki berusia 18-45 tahun dan perempuan berusia 18-35 tahun dapat didaftarkan untuk menjalani wajib militer selama dua tahun. Selain itu, khusus profesi spesialis, seperti dokter dan insinyur, harus mengabdi selama tiga tahun. Dalam keadaan darurat nasional, wajib militer dapat diperpanjang hingga lima tahun.

Pejabat militer di Myanmar menegaskan perintah wajib militer tersebut penting mengingat konflik yang berlangsung dengan kelompok pemberontak di negara itu. Sementara para analis berpendapat perintah tersebut muncul karena junta militer Myanmar kesulitan merekrut anggota baru untuk menghadapi tantangan terbesarnya di medan perang.

Seperti yang dilansir AFP, Selasa (20/2/2024), dalam peraturan wajib militer itu, junta berencana memasukkan 5.000 orang per bulan April mendatang, dan menerima 60.000 pendaftaran militer baru setiap tahun.

Akibatnya, beredar video di media sosial dalam beberapa hari terakhir yang memperlihatkan antrean panjang orang-orang yang mengajukan visa di Kedutaan Besar Thailand di Yangon, Myanmar. Tercatat, pada Jumat lalu (16/2/2024), lebih 1.000 pemuda-pemudi Myanmar mengantri di depan kantor kedutaan. Mereka berusaha meninggalkan negaranya pasca pengumuman wajib militer. Padahal media lokal melaporkan bahwa pihak Kedutaan Besar Thailand hanya mengeluarkan 400 tiket per hari.

BACA JUGA :  Kasus Rumah Produksi Film Porno, Polisi: Pemeran Dibayar Rp 10-15 Juta Per Sekali Main

“Kami harus menunggu selama tiga jam dan polisi membuka gerbang keamanan sekitar jam 3 pagi, dan kami harus berlari ke depan kedutaan untuk mencoba mendapatkan tempat untuk mendapatkan token,” ungkap Aung Phyo, sebuah nama samaran demi keamanan pemuda ini, dikutip dari AFP (20/2/2024).

Aung Phyo mengaku ingin kabur ke Bangkok, dengan harapan visa tinggal di sana untuk selama beberapa waktu. “Saya belum memutuskan untuk bekerja atau belajar. Saya hanya ingin melarikan diri dari negara ini,” tuturnya.

“Ketika gerbang keamanan dibuka, kami berlari seperti lari maraton. Yang terpikir oleh saya hanyalah mendapatkan tempat di depan kedutaan dan berlari secepat yang saya bisa,” kata pemuda lainnya yang berusia 20 tahun.

Dilaporkan pula, semua kamar hotel di sekitar Kedutaan Besar Thailand telah dipesan oleh orang-orang yang ingin mendapatkan visa ke Thailand.

Dikutip dari CNBC Indonesia (20/2/2024), Myanmar berada dalam perang saudara sejak junta militer pimpinan Min Aung Hlaing mengkudeta pemerintahan sipil pada Februari 2021. Kudeta yang terjadi pada bulan Februari 2021 memicu reaksi publik yang besar, dengan demonstrasi besar-besaran yang menolaknya, yang kemudian dibubarkan secara brutal.

BACA JUGA :  Kiai Usman Ali Salman Juga Dikecam Netizen, Ikut Tertawakan Hinaan Gus Miftah ke Pedagang Es Teh

Peristiwa itu kemudian memicu reaksi keras dari beberapa milisi etnis di Negeri Seribu Pagoda. Mereka mulai melancarkan perlawanan terhadap rezim junta yang dianggap tidak demokratis.

Laukkai adalah kota terbesar yang direbut oleh Aliansi Tiga Persaudaraan, yang terdiri dari Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Arakan (AA), dan Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA).

Aliansi tersebut melancarkan serangan mendadak di sebagian besar wilayah utara Myanmar pada akhir Oktober dan telah merebut beberapa kota dan pusat perdagangan yang menguntungkan di sepanjang perbatasan dengan China.

Keberhasilan aliansi menguasai Laukkai telah menempatkan junta dalam posisi paling rentan sejak mereka merebut kekuasaan. Bulan ini, mereka mengumumkan akan mulai merekrut pria dan wanita muda ke dalam barisan mereka karena “situasi saat ini”. Tapi banyak anak muda yang dinilai apatis terhadap tawaran tersebut dan memilih kabur ke luar negeri. (ARH)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini