Keren! Para Ilmuwan Korea Selatan Sukses Ciptakan Beras Hybrid yang Kaya Protein dan Lemak

0
202
Beras hybrid memiliki 8 persen lebih banyak protein dan 7 persen lebih banyak lemak dibandingkan dengan nasi biasa. Beras dengan warna merah muda ini berpotensi menjadi sumber protein berkelanjutan untuk menggantikan daging. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Baru-baru ini, sekelompok ilmuwan di Universitas Korea Selatan berhasil menciptakan beras hybrid jenis baru yang tidak hanya berwarna merah muda, tapi juga kaya protein dan lemak daging sapi.

Seperti yang dilansir Oddity Central, Rabu (21/2/2024), para ilmuwan tersebut menjelaskan bahwa beras dengan warna merah muda ini memiliki 8 persen lebih banyak protein dan 7 persen lebih banyak lemak dibandingkan dengan nasi biasa.

Dan meskipun rasanya belum seperti daging sapi, nasi hybrid itu merupakan perpaduan aroma yang unik, termasuk memiliki rasa sedikit pedas dan ciri khas aroma daging.

Dengan menggabungkan beberapa sel hewan, beras ini suatu hari nanti diharapkan bisa menjadi makanan lengkap, memastikan pasokan pangan yang cukup dan berkelanjutan untuk seluruh dunia.

Apalagi, kata para ilmuwan tersebut, beras hybrid itu juga berpotensi menjadi sumber protein berkelanjutan untuk menggantikan daging, sehingga sangat cocok dijadikan pasokan makanan bagi tentara dan astronot.

“Bayangkan bila kita bisa memperoleh semua nutrisi yang kita butuhkan hanya dari beras protein hasil kultur sel,” tutur Park So-hyeon, salah satu penulis penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Matter.

BACA JUGA :  Anak Haji Lulung Hengkang dari PPP, Karena Dukung Anies Baswedan Jadi Capres 2024?

Lebih lanjut, para ilmuwan tersebut menilai beras hibrida yang mereka dapatkan itu nantinya akan dikomersialkan, dan harganya bisa hanya USD 2,23 per kilogram. Harga tersebut tentunya sangat kontras bila dibandingkan dengan harga daging sapi saat ini yang mencapai USD 14,88.

Meski demikian, para ilmuwan menjelaskan bahwa penelitian mereka masih dalam tahap awal. Mereka mengaku masih membutuhkan studi tambahan untuk menilai rasa dan penerimaan konsumen. (ARH)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini