RATAS – Indonesia harus mampu menciptakan produk baterai dalam negeri. Demikian pemikiran cadas anggota Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (F-PD DPR RI), Zulfikar Hamonangan.
Politisi Partai Demokrat itu mengungkapkan hal tersebut saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII dengan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, 12 September 2024. “Terkait pengelolaan data riset, saat ini, konsentrasi kita adalah bagaimana pengembangan industri baterai. BRIN harus dapat membuat terobosan untuk membuat rancangan yang bersifat di hulu, seperti komponen baterai,” tandas anggota Komisi VIII DPR RI itu.
Harus Berani Memulai Industri Sendiri
Wakil rakyat yang kembali terpilih di Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 itu menegaskan, Indonesia harus berani memulai industri sendiri dalam menciptakan produk baterai. “Sebab, di China, baterai sudah masuk di home industry (industri perumahan). Kita harus mengikuti perkembangan zaman. Jangan sampai kita hanya belajar dari negara lain tanpa berani memulai industri kita sendiri,” cetusnya.
Gunakan Riset Sungguh-sungguh
Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Banten III (Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan) itu menjelaskan, produk baterai itu bersifat TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri). “Kita baru bisa membuat casing. Harusnya ke depan, kita sudah bisa memproduksi baterainya juga, bukan hanya casing. Makanya, gunakan riset yang sungguh-sungguh dan betul-betul agar dapat digunakan masyarakat secara luas,” tukasnya.
Sebagai informasi, TKDN dapat diartikan sebagai besaran atau nilai yang bahan dalam negeri yang terkandung didalam suatu produk. TKDN merupakan salah satu kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendukung pengunaan produk dalam negeri.
Sedangkan, casing baterai adalah komponen penting yang membungkus sel, elemen pemanas, isolasi termal dan komponen lainnya dalam baterai.
Lebih lanjut, wakil rakyat yang rajin turun ke akar rumput (masyarakat bawah) itu mengatakan, di beberapa daerah, lampu PJUTS (Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya) yang mati juga tidak dapat dibetulkan secara mandiri oleh masyarakat. “Bahkan belum ada riset yang bisa mendorong kita membuat lampu PJUTS dan baterai secara mandiri,” keluh loyalis AHY itu.
PJUTS adalah Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya. Yaitu lampu penerangan jalan yang menggunakan energi dari cahaya matahari dan baterai.
Dan, PJUTS merupakan solusi untuk menerangi jalan di daerah. Yakni, yang belum terjangkau listrik PLN.
Kembangkan Riset Rumah Hybrid
Legislator kelahiran 22 Januari 1976 itu pun meminta BRIN agar mengembangkan riset rumah hybrid. “Agar, setiap keluarga dapat menghemat biaya listrik. Libatkan universitas untuk membuat terobosan-terobosan baru. Sehingga, hasil riset dapat dirasakan langsung oleh masyarakat,” pungkas Zulfikar. (AGS)