Kerja di Lembaga Pelayanan Mesti Pakai Multifunctional Theory

14
119
Ratas.id, -Kesesuaian teori kerja dengan dunia kerja akan bergantung pada kondisi dan situasi serta tujuan orang dalam bekerja.

Dalam dunia kerja, terdapat perbedaan mendasar antara bekerja di sektor swasta yang berorientasi pada keuntungan dan bekerja di bidang pelayanan yang lebih mengutamakan pengabdian.

Di sektor swasta, tujuan utama bekerja umumnya adalah untuk mendapatkan penghasilan dan mencapai keuntungan bagi perusahaan. Para karyawan di perusahaan swasta bekerja sesuai dengan jam kerja yang ditentukan dan mendapatkan kompensasi berdasarkan kontribusi mereka terhadap produktivitas perusahaan. Prinsip efisiensi dan profitabilitas menjadi hal yang sangat ditekankan, sehingga kinerja diukur berdasarkan pencapaian target dan dampaknya terhadap pertumbuhan bisnis.

Sebaliknya, bekerja di bidang pelayanan, seperti menjadi guru, tenaga kesehatan, polisi, atau amil zakat, lebih menitikberatkan pada pengabdian kepada masyarakat. Profesi ini menuntut dedikasi yang tidak terbatas pada jam kerja formal, karena tugas mereka berkaitan dengan kepentingan banyak orang yang membutuhkan.

Dalam pekerjaan pelayanan, kepuasan kerja tidak hanya datang dari imbalan finansial, tetapi juga dari dampak positif yang diberikan kepada orang lain. Prinsip dasar yang dipegang oleh para pekerja di sektor ini sering kali lebih dekat dengan nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian sosial, dan tanggung jawab moral.

Namun mindset dari setiap pekerja di bidang pelayanan seperti anil zakat harus tetap ada seperti mengelola perusahaan swasta guna memelihara lembaga ini berkelanjutan untuk jangka panjang. Dengan demikian lembaga pelayanan seperti amil zakat harus tetap menghasilkan materi atau non materi (jasa) yang memberikan kemanfaatan maksimal tersebar luas di tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan dan akan dikembalikan atau terdistribusikan kembali kepada umat (publik) dalam berbagai program bantuan dengan kata lain kelebihan hasil tidak diakui oleh lembaga pelayanan melainkan milik publik seperti hasil pengumpulan zakat adalah milik golongan fakir miskin atau 8 ashnaf (stake holder). Hak lembaga amil hanya boleh sebatas 12.5% dari seluruh perolehan pengumpulan dana yang diusahakannya .

Sedangkan.kalau di perusahaan swasta disebut dengan profitable memang bertujuan untuk mencari laba lalu laba tersebut akan diakui sebagai keuntungan lembaga atau perusahaan (share holder).

BACA JUGA :  Cak Imin Niat Perjuangkan Nilai Dana Desa Meningkat Jadi Rp 5 Miliar Per Desa, Mungkinkah?

Dalam dunia kerja, terdapat dua pendekatan utama dalam memandang pekerjaan, yaitu pekerjaan sebagai mata pencaharian dan pekerjaan sebagai panggilan hidup. Dalam sektor bisnis, banyak orang mengadopsi konsep work-life balance, di mana pekerjaan dan kehidupan pribadi dipisahkan dengan jelas. Mereka bekerja sesuai jam kerja yang ditetapkan dan setelah itu fokus pada keluarga serta aktivitas pribadi.

Di sisi lain, ada profesi yang menuntut pengabdian total, seperti guru, tenaga kesehatan, polisi, TNI, aparatur sipil negara (ASN), petugas pemadam kebakaran, pekerja di lembaga pemasyarakatan, penjaga seismograf, hingga petugas di sektor kebencanaan dll. Profesi-profesi ini lebih cenderung mengikuti konsep work-life integration, di mana pekerjaan menjadi bagian dari kehidupan mereka dan tidak selalu memiliki batasan waktu yang ketat.

Teori yang mendukung pendekatan pengabdian ini adalah Teori Panggilan Kerja (Calling Theory) yang menjelaskan bahwa ada orang yang melihat pekerjaan mereka sebagai bagian dari identitas dan kontribusi sosial. Mereka bekerja bukan hanya demi penghasilan, tetapi karena merasa memiliki tugas moral dan spiritual dalam profesinya. Selain itu, Teori Etika Pelayanan (Servant Leadership Theory) menegaskan bahwa dalam pekerjaan berbasis pelayanan, seperti amil zakat, tugas utama adalah melayani orang lain dengan sepenuh hati. Motivasi mereka tidak hanya berasal dari imbalan finansial, tetapi juga dari kepuasan batin dalam membantu sesama. Dalam hal ini, Teori Motivasi dan Kepuasan Kerja (Herzberg’s Two-Factor Theory) juga relevan, di mana faktor motivator seperti pencapaian, pengakuan, dan makna pekerjaan menjadi lebih dominan dibanding faktor material.

Namun, meskipun pekerjaan berbasis pelayanan memerlukan dedikasi tinggi, bukan berarti kesejahteraan pribadi harus diabaikan. Ada beberapa teori yang mencoba menjadi jalan tengah antara work-life balance dan work-life integration. Teori Boundary Management menjelaskan bahwa individu dapat memilih untuk menjadi segmenter, integrator, atau hybrid dalam mengelola batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sementara itu, Teori Psychological Detachment menekankan pentingnya seseorang untuk bisa “melepaskan diri” dari pekerjaan saat sedang beristirahat agar tidak mengalami kelelahan mental. Dalam jangka panjang, Teori Sustainable Work mengajarkan bahwa pekerjaan harus berkelanjutan agar tetap produktif tanpa merusak kesehatan fisik dan mental pekerja.

BACA JUGA :  Tepis Anggapan Bahwa Prabowo Bakal Jadi Cawapres, Habiburokhman: Tetap Capres 2024

Meskipun pekerjaan di bidang pelayanan lebih menitikberatkan pada pengabdian, bukan berarti profesionalisme bisa diabaikan. Justru, sektor pelayanan menuntut standar kerja yang tinggi agar dapat memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat. Seorang guru, dosen, tenaga kesehatan, polisi, TNI, aparatur sipil negara (ASN), petugas pemadam kebakaran, amil zakat, pekerja di lembaga pemasyarakatan, penjaga seismograf, hingga petugas di sektor kebencanaan harus memiliki kompetensi yang memadai, bekerja dengan sistem yang terorganisir, serta berorientasi pada hasil yang berdampak nyata. Dedikasi yang tinggi tidak boleh dijadikan alasan untuk bekerja tanpa arah, melainkan harus disertai dengan pengelolaan waktu dan sumber daya yang efektif agar pelayanan yang diberikan tetap berkualitas dan berkelanjutan.

Selain itu, mereka yang bekerja di sektor pelayanan juga berhak mendapatkan kesejahteraan yang layak. Pengabdian tidak seharusnya identik dengan hidup dalam keterbatasan atau bekerja dalam kondisi yang tidak manusiawi. Profesionalisme dalam pelayanan mencakup aspek kesejahteraan pekerja itu sendiri, termasuk kompensasi yang adil, kesempatan pengembangan diri, serta lingkungan kerja yang sehat. Ketika tenaga pelayanan mendapatkan apresiasi yang layak, baik secara finansial maupun non-finansial, mereka akan lebih mampu bekerja dengan penuh dedikasi tanpa harus mengorbankan kualitas hidup mereka sendiri.

Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara semangat pengabdian dan profesionalisme dalam pekerjaan pelayanan. Bekerja untuk melayani masyarakat bukan berarti mengabaikan standar kerja yang tinggi atau mengorbankan kesejahteraan pribadi. Sebaliknya, profesionalisme justru menjadi elemen penting dalam memastikan bahwa pengabdian dapat dilakukan dengan efektif, berkelanjutan, dan tetap memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat. Dengan demikian, pekerjaan pelayanan bukan hanya tentang berkorban, tetapi juga tentang menciptakan dampak positif yang terukur, bermakna, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam dunia pekerjaan pelayanan, ada tanggung jawab besar yang melekat, bukan hanya kepada institusi tempat mereka bekerja, tetapi juga kepada masyarakat yang mereka layani. Para guru, dosen, tenaga kesehatan, polisi, TNI, ASN, petugas pemadam kebakaran, hingga pekerja di lembaga pemasyarakatan dan penjaga seismograf, semuanya memiliki peran yang langsung berdampak pada kehidupan orang banyak. Karena itulah, pekerjaan mereka tidak bisa hanya dipandang sebagai rutinitas biasa, tetapi sebagai amanah yang harus dijalankan dengan penuh integritas dan profesionalisme. Ketika pelayanan diberikan dengan baik, masyarakat akan merasakan manfaatnya. Sebaliknya, jika ada penyimpangan seperti korupsi, penyalahgunaan wewenang, atau kelalaian dalam tugas, dampaknya akan langsung dirasakan oleh publik.

BACA JUGA :  Pandai-pandailah Mengambil Hikmah Ramadhan

Dalam lingkungan seperti ini, pengawasan tidak hanya datang dari atasan atau sistem birokrasi, tetapi juga dari masyarakat luas. Era digital semakin memperkuat peran masyarakat sebagai pengawas, di mana setiap tindakan pejabat publik bisa dengan mudah disorot melalui media sosial atau laporan langsung ke lembaga yang berwenang.

Kesadaran bahwa mereka selalu diawasi dan dinilai oleh masyarakat seharusnya menjadi pendorong bagi para pekerja di sektor pelayanan untuk selalu menjaga etika dan moralitas dalam bekerja. Mereka yang menjalankan tugasnya dengan baik akan mendapatkan apresiasi dan kepercayaan, sementara yang melakukan penyimpangan akan menerima kritik atau bahkan hukuman.

Oleh karena itu, penting bagi setiap pekerja di sektor pelayanan untuk memahami bahwa pengabdian bukan hanya tentang bekerja keras, tetapi juga tentang menjaga kepercayaan publik. Masyarakat bukan hanya penerima manfaat, tetapi juga pihak yang berhak menilai kualitas pelayanan yang diberikan. Ketika seorang guru mendidik dengan penuh dedikasi, ketika seorang dokter bekerja dengan sepenuh hati, ketika seorang aparat negara menjalankan tugasnya dengan kejujuran, maka mereka akan mendapatkan penghormatan dari masyarakat. Sebaliknya, jika terjadi penyimpangan, kepercayaan akan runtuh, dan itu bisa berdampak pada kredibilitas institusi secara keseluruhan. Oleh karena itu, membangun budaya kerja yang transparan, profesional, dan berorientasi pada kepentingan masyarakat adalah hal yang mutlak dalam setiap profesi pelayanan.

Kesimpulannya menurut penulis adalah bahwa dalam menjalankan lembaga pelayanan seperti lembaga amil zakat dapat menggunakan multi fungsi teori (gabungan berbagai teori) di atas dengan tetap berpijak pada situasi, kondisi dan lingkungan kerja (adaptif) dalam rangka untuk mencapai tujuan yaitu memaksimalkan manfaat bagi publik (habluminannas), sekaligus sebagai bagian dalam rangka beribadah kepada Allah SWT (Habluminallah).

Semoga bermanfaat..

Penulis Deni Nuryadin
Komisioner BAZNAS Tangsel

14 KOMENTAR

  1. Thanx for the effort, keep up the good work Great work, I am going to start a small Blog Engine course work using your site I hope you enjoy blogging with the popular BlogEngine.net.Thethoughts you express are really awesome. Hope you will right some more posts.

  2. Nice post. I be taught something more difficult on totally different blogs everyday. It’s going to at all times be stimulating to read content material from other writers and apply a bit one thing from their store. I’d prefer to make use of some with the content material on my blog whether or not you don’t mind. Natually I’ll give you a hyperlink in your internet blog. Thanks for sharing.

  3. Thank you for the sensible critique. Me & my neighbor were just preparing to do a little research on this. We got a grab a book from our local library but I think I learned more clear from this post. I am very glad to see such fantastic info being shared freely out there.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini