RATAS – Seorang pemilik restoran di kawasan permukiman padat Tangerang Selatan mengungkap praktik pungutan liar yang membelit usahanya sejak pertama kali beroperasi pada 2020. Ia mengaku dipaksa membayar “kontribusi masyarakat” sebesar Rp3 juta setiap bulan agar restorannya tetap aman beroperasi.
Pemilik usaha yang enggan disebut namanya itu mengungkapkan bahwa pungutan tidak hanya berasal dari satu pihak. Kelompok yang terdiri dari pemuda lingkungan, karang taruna, RT, RW, hingga tokoh masyarakat datang berkelompok untuk menagih uang tersebut.
“Dulu mereka datang rombongan. Intinya ya minta storan, katanya untuk masyarakat sini, tapi yang menerima tetap dari pihak-pihak seperti ormas, RT, RW, karang taruna,” tuturnya.
Intimidasi dan Tekanan Sosial
Awalnya, sang pemilik restoran menolak permintaan tersebut karena merasa tidak ada dasar hukum yang mewajibkannya membayar kontribusi tersebut. Namun, penolakannya malah berbuntut intimidasi dan tekanan sosial.
“Waktu saya belum setuju setor, situasinya panas. Restoran saya sering didatangi, diganggu, bahkan ada yang mabuk datang. Sampai saya pernah dipanggil ke kelurahan karena katanya usaha saya menimbulkan masalah sosial,” ceritanya.
Merasa tertekan dan demi menjaga keberlangsungan usahanya, pemilik restoran akhirnya memilih bernegosiasi dengan salah satu tokoh lingkungan.
Kesepakatan: Bayar untuk “Perlindungan”
Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa ia bersedia membayar kontribusi bulanan dengan dua syarat utama. Pertama, ia tidak ingin lagi menerima proposal sumbangan dalam bentuk apapun dari siapapun. Kedua, jika terjadi persoalan sosial atau gangguan terhadap usahanya, kelompok tersebut bertanggung jawab menyelesaikannya.
“Kalau saya bayar tiap bulan, ya jangan diganggu lagi. Saya juga bilang kalau ada masalah, saya lempar ke mereka, karena saya sudah bayar. Dan sampai sekarang, ya relatif aman. Mereka jaga juga,” ujarnya.
Hingga kini, “kontribusi” tersebut masih rutin ia bayarkan setiap bulan, menjadi semacam jaminan informal atas kelangsungan usaha di tengah tekanan sosial lingkungan sekitar. (HDS)