Dirut Pertamina Ungkap Potensi Besar Indonesia dalam Bisnis Penangkapan dan Penyimpanan Karbon

0
93
Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menuturkan bahwa dengan posisi ada di antara dua benua, Indonesia bisa menjadi salah satu CCS regional hub atau sentra penangkap dan penyimpan karbon di ASEAN. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan ada total 400 Gigaton potensi CO2 di penjuru negeri ini. Bahkan, Nicke melihat Indonesia juga berpotensi menjadi carbon capture and storage (CCS) regional hub atau sentra penangkap dan penyimpan karbon di kawasan Asia Tenggara.

Informasi tersebut diungkap Nicke dalam agenda International & Indonesia CCS Forum yang terlaksana Senin (11/9/2023). Info tentang adanya 400 Gigaton CO2 itu diperoleh Nicke dari berbagai sumber industri energi, terutama sektor migas.

Lalu, sebagai perusahaan migas pelat merah, Nicke menjelaskan Pertamina berinisiatif mengembangkan carbon capture, utilization and storage (CCUS) dan inisiatif Nature Based Solutions (NBS).

“Potensi CO2 kita 400 Gigaton. Untuk mencapai target net zero emission atau bebas karbon pada 2030, kajian dan pilot project dilangsungkan di 15 proyek migas yang tersebar berbagai daerah,” tuturnya.

Di samping itu, Nicke juga menjelaskan bahwa Indonesia bisa menjadi salah satu pemain kunci upaya dekarbonisasi di Asia Tenggara.

BACA JUGA :  Viral! Jadi Tersangka, Hakim Agung Sudrajad Dimyati Ditahan KPK dan Diberhentikan Sementara

Lebih lanjut, Nicke menuturkan bahwa dengan posisi ada di antara dua benua, Indonesia juga bisa menjadi salah satu CCS regional hub atau sentra penangkap dan penyimpan karbon di ASEAN.

Berdasarkan data yang ditampilkan di layar tancap, Nicke memaparkan ada tiga daerah di Indonesia yang berpotensi jadi CCS hub, karena bisa menyimpan karbon dalam jumlah besar.

Tiga daerah itu, yang pertama adalah Asri Basin Saline Formation, yang terletak di Jawa Barat. Wilayah ini bisa menyimpan 3 Gigaton CO2.

Yang kedua adalah Kalimantan Timur (Tambora, Nilan, dan Saline Formation), yang diperkirakan bisa menyimpan total 270 juta ton CO2. Dan yang ketiga adalah Sumatera Barat (Libo Field dan Saline Menggala Formation). Wilayah ini diproyeksi bisa menyimpan 100 juta ton CO2.

“Indonesia bisa memainkan peran penting dalam transaksi skala global. Karena melimpahnya sumber daya alam dan letaknya yang strategis,” ungkap Nicke.

Ia lalu menerangkan bahwa hingga saat ini sejumlah inisiatif dekarbonisasi sudah dilakukan Pertamina. Dua di antaranya adalah mengubah aset kilang yang ada menjadi kilang yang hijau (green refinery) untuk mempercepat pemakaian bioenergi, serta mengembangkan bisnis nol karbon melalui Pembangkit Listrik Panas Bumi dan pembangkit listrik tenaga air hingga penerapan CCUS. (ARH)

BACA JUGA :  Ternyata ASN yang Paling Pertama Pindah ke IKN Mayoritas Single, Kenapa Begitu?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini