Waspada! Covid Kembali ‘Berulah’ di Beberapa Negara, Bagaimana dengan Indonesia?

0
70
Data di Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa kasus Covid-19 meningkat tajam sejak akhir Oktober 2023. Pada periode 1-26 Oktober, jumlah kasusnya tercatat mencapai 230, sementara angkanya melonjak 54% menjadi 355 pada 1-26 November 2023. (foto ilustrasi: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Lagi-lagi kasus Covid-19 kembali merebak seiring terjadinya pergantian musim ke musim dingin. Dalam berapa tahun terakhir, musim dingin memang kerap menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka kasus Covid-19.

Sebagai contoh, Singapura kini tengah memasuki musim dingin yang tengah berlangsung sejak bulan September hingga Februari mendatang. Suhu di negara itu berkisar 20 hingga 30 derajat, dengan curah hujan dan badai petir diperkirakan terjadi setiap hari, dan tingkat kelembapan meningkat.

Tercatat, pada 19 hingga 25 November, perkiraan jumlah infeksi Covid-19 di Singapura meningkat dua kali lipat menjadi 22.094. Angka tersebut melonjak dibandingkan dengan pekan sebelumnya sebesar 10.726 kasus.

Spontan, pemerintah Singapura mengumumkan bahwa peningkatan infeksi mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti musim perjalanan di akhir tahun dan menurunnya kekebalan penduduk. Kenaikan kasus juga disebabkan oleh menyebarnya EG.5 dan sub-garis keturunannya HK.3 yang tetap menjadi subvarian utama, mencakup lebih dari 70% kasus yang diurutkan.

Menurut Kementerian Kesehatan Singapura (MoH), saat ini tidak ada indikasi bahwa subvarian utama lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar. Meski demikian, mereka menegaskan tidak ada indikasi peningkatan penyakit pernapasan parah, termasuk pada anak-anak.

BACA JUGA :  NTT Jadi Provinsi Termiskin di Indonesia, Viktor Laiskodat: Pemimpinnya Tolol!

Sementara itu di China terjadi lonjakan “penyakit yang mirip influenza” sejak pertengahan Oktober lalu. Lonjakan tersebut disebabkan oleh pencabutan pembatasan Covid-19 dan peredaran patogen yang diketahui, yaitu influenza dan infeksi bakteri umum yang menyerang anak-anak, termasuk pneumonia mikoplasma.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pihak berwenang China menyatakan belum mendeteksi adanya “patogen yang tidak biasa atau baru” di bagian utara negara itu.

Sedangkan di Malaysia, kasus Covid-19 baru selama 19 hingga 25 November lalu tercatat mencapai 3.636 kasus. Angka tersebut melonjak  57,3% dalam sepekan. Pada pekan sebelumnya, jumlah kasus Covid-19 di Malaysia tercatat sebanyak 2.305 kasus.

Dari total kasus itu, merujuk keterangan Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Muhammad Radzi Abu Hassan, 98% orang yang terpapar menunjukkan gejala ringan.

Lalu di Filipina, berdasarkan data Kementerian Kesehatannya, terdapat 1.340 kasus positif Covid-19 dalam satu pekan terakhir. Sementara di India, tercatat 83 infeksi virus corona baru.

Khusus di Amerika Serikat, kasus flu dan Covid-19 meningkat saat infeksi respiratory syncytial virus atau RSV yang meneyrang saluran pernapasan mulai menurun. Covid-19 terus menjadi penyebab terbanyak rawat inap dan kematian di antara semua penyakit pernapasan sekitar 15.000 rawat inap dan sekitar 1.000 kematian setiap minggunya.

BACA JUGA :  Hasto Sebut Soal Kartu Truf Para Ketum di KIM Terkait Pencalonan Gibran Jadi Cawapres Prabowo, Muzani Minta Bukti

Seperti yang dilansir Reuters, tujuh negara bagian melaporkan tingginya tingkat penyakit mirip flu pada awal November. Tapi laporan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) baru yang dirilis pada hari Jumat (1/12/2023) mengatakan bahwa penghitungannya kini mencapai 11 negara bagian, terutama di Selatan dan Barat Daya.

Sementara itu, jumlah kasus infeksi RSV telah meningkat tajam di beberapa bagian negara, sehingga membebani unit gawat darurat rumah sakit, salah satunya di Georgia.

Perlu diketahui, RSV adalah penyebab umum gejala ringan seperti pilek, namun bisa berbahaya bagi bayi dan orang lanjut usia. Untungnya, vaksin dan obat yang mencegah infeksi RSV telah disetujui untuk pertama kalinya pada musim dingin ini.

Lalu di Ohio, berdasarkan laporan AP, pejabat kesehatan telah melaporkan 145 kasus sejak Agustus 2023 lalu dan sebagian besar anak-anak pulih di rumah. Penyakit tersebut disebabkan oleh berbagai virus dan bakteri umum, lapor AP.

Sedangkan di Massachusetts, pejabat kesehatan di sana mengatakan ada sedikit peningkatan kasus pneumonia pada anak-anak, namun hal ini sesuai dengan musim.

BACA JUGA :  Waduh! Mulai Tahun 2024, Liburan ke 'Negeri Sakura' Harus Bawa Hasil Tes TBC

Sementara di Indonesia sendiri, data di Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa kasus Covid-19 meningkat tajam sejak akhir Oktober 2023. Pada periode 1-26 Oktober, jumlah kasus tercatat 230, sementara angkanya melonjak 54% menjadi 355 pada 1-26 November 2023. Kenaikan tersebut diperkirakan sejalan dengan masuknya varian Eris atau EG.5 dan EG.2.

Karena itulah Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin mendesak masyarakat Indonesia untuk melakukan perlindungan ganda untuk mendapatkan vaksinasi dan mengikuti protokol kesehatan sebagai respons terhadap peningkatan infeksi COVID-19 terbaru di Singapura. Ia pun menekankan agar masyarakat yang belum mendapatkan dosis booster COVID-19 agar segera mendapatkan vaksinasi di fasilitas kesehatan terdekat. (ARH)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini