RADAR TANGSEL RATAS – Orang terkaya di Republik Indonesia (RI) yang juga pemilik Bank Central Asia/BCA (Budi Hartono dan Bambang Hartono) selalu mangkir saat dipanggil Tim Panitia Khusus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (Pansus BLBI) di DPR, Senayan, Jakarta. Ada apakah gerangan?
Dalam podcast ratas tv (Grup Kantor Berita ratas.id), Ketua Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Keuangan Negara/LPEKN, Sasmito Hadinagoro, di Kawasan Kota Wisata Cibubur, Jumat, 15 Desember 2023, mengungkap bahwa Budi Hartono tidak pernah datang alias selalu mangkir ketika dipanggil Tim Pansus BLBI, di DPR, Senayan, Jakarta. “Masalahnya, Budi Hartono selalu mangkir. Sudah tiga kali dipanggil Pansus BLBI di DPR, dia tidak pernah datang,” ungkap Sasmito.
Pemrakarsa Gerakan Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) itu dalam berita sebelumnya mengungkap, BCA di-cover bunga obligasi rekap 7 triliun. Dan, lanjutnya, diberi obligasi rekap 60 triliun.
“Ditempatkan untuk ganjal buku sebenarnya. Supaya, memenuhi syarat, operasinya bank, CAR-nya itu ukurannya 8. BCA diberi obligasi rekap 60 triliun. Itu seolah-olah seperti giro kosong. Seolah-olah, pemerintah justru mempunyai utang kepada BCA. Padahal, tidak punya utang,” imbuhnya.
Mengapa bisa seperti itu? “Justru itu adalah dalam rekayasa akuntansi keuangan negara.Ini yang sekarang saya sebut, harusnya Presiden Jokowi segera menghentikan. Sejak 2014 sudah saya ingatkan. Stop pemberian bunga obligasi rekap itu. Karena, bank-bank itu sudah untung triliunan semua,” tukasnya.
Sasmito juga menyebut, uang hasil memungut pajak dari rakyat yang harusnya bisa untuk subsidi listrik, pendidikan, kesehatan, tapi hanya untuk membayar bunga obligasi rekap BLBI. “Malah diberikan kepada bank-bank yang sudah untung triliunan seperti BCA. Subsidi yang seharusnya diberikan untuk rakyat, malah diberikan kepada bank-bank yang sudah untung triliunan rupiah. Ini masih berlangsung sampai 2022. Ada 48 triliunan,” ketusnya.
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu menyebut, “BCA Gate” adalah paling parah di pusaran BLBI ini.
“Seperti kasus BCA yang paling parah sebagai bank swasta. BCA yang diberi ganjal buku, waktu itu tahun 2002. Saya masih ingat. Laporan auditor independennya ada di saya,” terangnya.
Sasmito menandaskan, ia mendapat data tersebut dari Kwik Kian Gie. “Saya dapat lengkap dari Pak Kwik Kian Gie. Ada lengkap di tangan saya. BCA itu pada saat tahun 2002, 31 Desember saja sudah dinyatakan profit. Keuntungannya itu sudah dibagi-bagi mencapai Rp500 miliar,” imbuh dia.
Diungkapkan Sasmito, bos BCA yang juga pemilik Djarum (Budi Hartono) mengatakan, pemerintah bodoh karena masih memberikan subsidi BLBI. “Dia (Budi Hartono) seolah-olah merasa tidak berdosa. Itu ngomongnya ke publik secara resmi. Tapi, dia bercanda sama Pak Kwik Kian Gie, ngomong, pemerintah itu goblok. Pak Kwik sampai marah. Lho, kamu anggap saya apa? Saya ini ya pemerintah. Kaget dia,” ucap Sasmito.
Tandas Sasmito, ada dugaan permainan rekayasa penjualan BCA. “Yaitu pakai kendaraan perusahaan cangkang miliknya si Budi Hartono yang namanya faralon dari Singapura, 51 persen itu dibayarnya hanya 5 triliun saja. BCA itu pada 31 Desember 2002, riilnya, nilainya 117 triliun,” sebutnya.
Di dalam buku BCA, sambung dia, ada obligasi rekapitulasi pemerintah yang semacam giro kosongnya. “Pemerintah pura-pura punya utang, itu 60 triliun. Itu saat terakhir diserahkan, diambil BCA, dia hanya membayar 5 triliun. Pada 2003, transaksinya.
Lalu, 2004, Budi Hartono yang sebelumnnya tidak dianggap orang terkaya nomor 1 di Indonesia, setelah mengambil BCA, bos Djarum itu jadi orang terkaya nomor 1 di Indonesia. Mengapa demikian?
“Begitu tahun 2004, dia diberi subsidi bunga oleh pemerintah 7 triliun (setiap tahun). Waktu saya diundang Moeldoko sebagai KSP, tanggal 4 September 2018 akibat saya melakukan demo besar di BCA Tower, 3 Agustus 2018. Waktu saya diundang di Bina Graha, kan, menjelang Pemilu 2019. Supaya tidak menimbulkan efek. Nah, sekarang juga sama mau Pilpres lagi. 2019 juga sama mau Pilpres. Saya dipanggil di sana, disaksikan Hardjuno Wiwoho sekjen HMS didampingi Mayjen Syamsu Djalal (mantan danpuspom TNI). Di ruangan (Bina Graha) itu ada anak muda yang katanya mewakili Budi Hartono yang katanya masih di luar negeri. Yang datang anaknya, namanya Arman Budi Hartono. Dia dengan tolak pinggang begitu, dipikirnya, kita itu aktivis cengcengan, cepek-cepekan. Dia dengan tolak pinggang, saya dipersilakan menjelaskan oleh Pak Moeldoko, kenapa kemarin demo besar?,” ujarnya.
Dengan tegas, Sasmito pun menjelaskan. “Saya jelaskan, Pak Moeldoko, ini anak muda ini, tolak pinggang di depan saya. Saya akan jelaskan kasus BCA. Tapi, ini anak muda ini jangan tolak pinggang di depan saya. Eh, turunkan tangannya! Tak bentak dia. Tahu tidak? Bapakmu itu merampok aset negara 1.000 triliun lebih. Turunkan! Saya bentak dia,” kenangnya.
Dijelaskannya, ada orang yang saat itu sangat berpengaruh di negeri ini yang sekarang jadi orang terdekat capres kuat dugaan terlibat dalam kasus jual beli BCA. “Saya ini lillahita’ala menegakkan amar ma’ruf nahi munkar sudah 12 tahun. Ada dugaan kuat terjadi ‘konspirasi gelap’ dalam BCA Gate tersebut,” sebutnya.
Dalam pengamatannya, BCA, saat ini jadi bank terbesar ke-3. “Anda tahu enggak? Yang namanya BCA itu, hari ini nilainya 1.300 triliun. Sekarang, bank terbesar adalah masih Mandiri sebesar 2.500 triliun, yang ke-2 BRI 1.850-an triliun. BCA itu 1.350-an triliun. Kemudian, BNI dan lain-lain. Profitnya tinggi. Bahkan terakhir, profitnya lebih tinggi dari profitnya Mandiri,” urainya.
Dipaparkan Sasmito, keuntungan BCA itu selalu 35 triliunan. “Bayangkan, 20 tahun ini, Budi Hartono gimana enggak asetnya nomor 1 menjadi terkaya. Karena apa? Dia sama Bambang Hartono diam-diam sahamnya yang tadinya 93 persen milik Anthony Salim, diambil 51 persen dengan membayar 5 triliun. Dia menguasai 90 persenan berdua,” katanya.
Menurut Sasmito, para obligor kakap penikmat fasilitas BLBI harusnya “digarap serius” oleh Tim Kepres BLBI. “Jadi, orang-orang terkaya nomor 1 atau nomor 2, yang gede-gede itu, menikmati fasilitas BLBI. Yang gede-gede itu, Anthony Salim, Samsul Nursalim, Budi Hartono dapat durian runtuh. Ini harusnya Tim Kepres BLBI fokus sama yang gede-gede ini. Saya bilang sama Mahfud M. D., 1.300 triliunan harusnya dapat. Bukan 110 triliun,” ungkap Sasmito.
Tegas Sasmito, kalau perlu, dengan segala kekuatannya, mereka (para penikmat fasilitas BLBI) dipidana. “Karena, dasar hukumnya jelas. Jelas. Patut diduga ada intellectual frauds (penipuan/kejahatan intelektual). BCA Gate ini paling parah. Jelas kasat mata. Yang kita persoalkan adalah ownership (kepemilikan) dari BCA yang dulu tidak wajar. Itu harus dikembalikan. Ada dugaan rekayasa akuntansi keuangan negara,” cetusnya.
Hingga berita ini diturunkan, redaksi ratas tv (Grup ratas.id) masih mencoba mengkonfirmasi pihak-pihak terkait. Masih banyak hal yang diungkap Sasmito tentang BLBI dan BCA Gate ini.
Untuk opini ratas tv, pembaca dan pemirsa dapat menyaksikan di channel YouTube ratas tv berikut ini. (AGS)