RATAS- Genderang “perang” melawan Tuberkulosis (TBC) telah ditabuh. Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) pun mengajak warganya untuk aktif mendukung pengobatan TBC sampai setuntas-tuntasnya.
Selain itu, Pemkot Tangsel terus memperkuat langkah konkret dalam memerangi TBC dengan mengedepankan aksi “jemput bola” dan kolaborasi bersama masyarakat. Hal itu seperti yang diungkapkan Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie.
Komitmen “Perangi” TBC
Wali Kota Benyamin Davnie pun menegaskan komitmennya dalam memerangi TBC melalui gerakan masif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Melalui pendekatan “jemput bola” dan edukasi berbasis komunitas, Pemkot Tangsel, dalam hal ini dinas kesehatan (dinkes), sekarang, tidak lagi menunggu pasien datang ke puskesmas.
“Tetapi aktif mendatangi warganya. TBC adalah persoalan serius yang harus ditangani bersama. Kita tidak bisa hanya mengandalkan layanan di faskes (fasilitas kesehatan) saja, ya, menunggu mereka yang datang. Jadi, kalau mau cepat, ya, kita juga harus jemput bola, tim kesehatan yang ngider ke warga-warga,” ungkap Wali Kota Benyamin.
Dalam keterangan resminya, kepada Redaksi Kantor Berita Ratas.id, Senin, 14 Juli 2025, orang nomor satu di Tangerang Selatan itu menandaskan, langkah ini sejalan dengan upaya Dinkes Tangsel melalui program andalan “Ngider Sehat dan RW Bebas dari TBC”. “Keduanya menjadi program strategi dalam menemukan kasus secara aktif dan menekan penularan di lingkungan padat penduduk,” pungkas Wali Kota Benyamin Davnie.
Tim Medis Ngider Sehat dan CKG Jemput Bola
Kepala Dinkes Kota Tangsel, dr. Allin Hendalin Mahdaniar menjelaskan, tim kesehatan, saat ini, secara rutin melakukan skrining dan investigasi kontak di lingkungan pasien TBC. “Terutama, di kalangan kontak serumah dan kontak erat. Salah satu strategi kami adalah melalui kegiatan ‘Ngider Sehat dan Cek Kesehatan Gratis (CKG)’, baik yang digelar di fasilitas kesehatan maupun langsung mengunjungi warga,” papar dr. Allin.
Mantan direktur utama Rumah Sakit Umum (RSU) Tangsel ini melanjutkan, melalui kegiatan “Ngider Sehat”, tim medis melakukan skrining dan investigasi kontak terhadap pasien TBC yang telah terdata. “Terutama, kepada kontak serumah dan kontak erat. Untuk mereka yang tidak bergejala, akan diberikan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Sementara, yang menunjukkan gejala langsung diarahkan menjalani pemeriksaan seperti Tes Cepat Molekuler (TCM) atau rontgen,” sebutnya.
Dokter Allin menerangkan, TCM biasanya digunakan untuk mengetahui, apakah kontak tersebut sudah mendapatkan penularan dari indeks kasus. Tidak hanya itu, jelasnya, Dinkes Tangsel juga mendorong partisipasi aktif masyarakat melalui program “RW Bebas dari TBC”.
Tukasnya, warga diajak untuk tidak hanya memahami gejala dan penularan TBC. “Tetapi, juga terlibat langsung dalam mendukung pasien agar tidak menyerah di tengah jalan. Masyarakat juga menjadi bagian dari kunci eliminasi TBC ini. Makanya, kita perluas edukasi dari petugas fasyankes. Dan warga juga perlu peduli jika ada pasien TBC yang berpindah tempat tinggal agar dapat dilacak dan dipantau kembali,” terangnya.
Perlu Kesadaran Kolektif
Kata dr. Allin, kesadaran kolektif sangatlah diperlukan. “Karena, kesadaran kolektif inilah yang akan memperkuat langkah-langkah pemerintah dalam memutus mata rantai penularan TBC,” tegasnya.
2.515 Kasus TBC Terdeteksi
Dipaparkan dr. Allin, dengan percepatan skrining yang telah dilakukan, hingga pertengahan Juni 2025, total kasus TBC di Tangsel mencapai 8.720 kasus. “Terdiri dari 6.205 kasus pada 2024 dan 2.515 kasus terdeteksi sejak Januari hingga 13 Juni 2025,” dr. Allin mengakhiri pernyataannya. (***)