RATAS – Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, menorehkan prestasi membanggakan di tingkat nasional. Daerah yang berbatasan langsung dengan Republik Demokratik Timor Leste ini meraih penghargaan Apresiasi Daerah Peduli Layanan Publik dan Keterbukaan Informasi dalam peringatan HUT ke-14 KompasTV di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (11/9/2025).
TTU menjadi satu-satunya daerah di NTT yang meraih penghargaan tersebut, sekaligus masuk dalam enam daerah terbaik secara nasional dalam kategori layanan publik dan transparansi informasi.
Bupati TTU Yosep Falentinus Delasalle Kebo menyebut penghargaan ini bukan sekadar simbol atau formalitas, melainkan bukti nyata perubahan tata kelola pemerintahan yang sedang dibangun bersama masyarakat.
“Bagi saya, ini kado ulang tahun ke-103 Kabupaten TTU yang luar biasa. Penghargaan ini menunjukkan keseriusan kami menghadirkan pelayanan publik yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan dapat diakses secara terbuka,” ujar Falentinus Kebo saat diwawancarai, Sabtu (12/10/2025).
Sejak dilantik pada Februari 2025, Falentinus Kebo langsung melakukan berbagai terobosan untuk memperbaiki sistem pelayanan publik. Salah satu langkah penting adalah peluncuran layanan darurat 112, yang memungkinkan warga melaporkan berbagai masalah — mulai dari kesehatan, bencana, hingga keamanan — secara cepat dan terintegrasi.
“Masyarakat cukup telepon 112, dan tim kami langsung merespons di lapangan. Ini bukan sekadar nomor darurat, tapi wujud kehadiran pemerintah yang sigap dan tanggap,” jelas pria lulusan S-2 The University of New South Wales, Australia itu.
Falentinus juga membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk berinteraksi langsung dengan pemerintah daerah. Setiap hari, ia menyediakan waktu di kantor untuk menerima aspirasi warga secara langsung tanpa birokrasi berbelit.
“Setiap hari siapa saja boleh datang ke kantor bupati. Saya sendiri yang menerima mereka. Kepala dinas standby agar persoalan bisa langsung diselesaikan di tempat,” ujarnya.
Perubahan besar juga dilakukan dalam kedisiplinan dan efisiensi birokrasi. Ia mencontohkan, jam kerja kantor kini dimulai pukul 08.00, bukan lagi menjelang siang seperti sebelumnya.
“Dulu kantor buka jam 11, sekarang jam 8 sudah melayani. Rumah sakit pun sudah digitalisasi — pasien tahu di menit ke berapa dia dilayani dan kapan obatnya siap. Itu membuat masyarakat percaya bahwa pemerintah benar-benar hadir,” ungkapnya.
Selain itu, transparansi informasi diperkuat hingga ke tingkat desa. Informasi terkait beasiswa, layanan kesehatan, hingga bantuan sosial kini disebarkan cepat melalui jaringan camat, kepala desa, dan grup komunikasi warga.
Tokoh NTT Fransiscus Go (Frans Go) menilai kepemimpinan Falentinus Kebo membawa warna baru bagi birokrasi daerah.
“Langkah berani Bupati TTU patut diapresiasi. Beliau menunjukkan bahwa daerah perbatasan pun bisa menjadi teladan nasional dalam layanan publik,” kata Frans Go.
Falentinus menegaskan bahwa penghargaan ini bukan akhir dari perjuangan, melainkan dorongan untuk menjaga konsistensi dan semangat melayani.
“Bagi kami, jabatan bupati adalah pelayanan, bukan kekuasaan birokrasi yang jauh dari rakyat. Pemerintah harus bisa dijangkau, didengar, dan dirasakan kehadirannya oleh masyarakat,” tegasnya.
Dengan penghargaan prestisius ini, Kabupaten TTU membuktikan bahwa wilayah perbatasan pun mampu menjadi contoh nasional dalam mewujudkan pemerintahan yang transparan, cepat, akuntabel, dan berpihak pada rakyat. (HDS)