RADAR TANGSEL RATAS – Korea Selatan mengeluarkan pernyataan bersedia memberikan bantuan ekonomi sebagai imbalan atas denuklirisasi Korea Utara. Bukannya gayung bersambut, hal tersebut justru menuai respons negatif dari pemerintah Korea Utara.
Seperti yang dikutip VOA Indonesia, Sabtu (20/8), Kim Yo-jong (adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un) pada Jumat 19 Agustus lalu menegaskan agar Presiden Korea Selatan “menutup mulutnya” dan tidak seenaknya menawarkan bantuan ekonomi sebagai imbalan atas pelucutan nuklir.
Pernyataan perempuan berpengaruh itu menandai pertama kalinya seorang pejabat senior Korea Utara berkomentar langsung mengenai apa yang disebut Presiden Korea Selatan Yoon Suk-Yeol sebagai rencana “berani.”
Rencana tersebut pertama kali diusulkan pada bulan Mei dan kembali ia sebut pada hari Rabu lalu pada konferensi pers untuk menandai 100 hari pertamanya berkuasa.
“Akan lebih menguntungkan bagi citranya jika ia (Presiden Korea Selatan) menutup mulutnya daripada berbicara omong kosong karena tak ada hal yang lebih baik dari yang ia katakan,” tandas Kim Yo-jong dalam pernyataan yang dirilis kantor berita resmi KCNA.
Kim Yo-jong menyebut Yoon Suk-Yeol “benar-benar lugu dan masih kekanak-kanakan” karena mengira ia dapat menukar kerja sama ekonomi dengan kehormatan dan senjata nuklir Korea Utara. “Tak ada yang mau menukar takdirnya dengan kue jagung,” lanjut Kim Yo-jong.
Menteri Unifikasi Korea Selatan, Kwon Young Se, yang menangani hubungan Korea Utara, menyebut komentar Kim Yo-jong “sangat tidak sopan dan tidak senonoh.” (BD)