Akibat Pandemi Berkepanjangan, 64 Maskapai Penerbangan Bangkrut 

0
57
Hanya segelintir maskapai yang mampu bangkit setelah mengumumkan kebangkrutannya meskipun tampil dengan nama baru. Rata-rata, maskapai yang dinyatakan bangkrut bukan berasal dari brand terkenal. Salah satunya adalah Jet Time.

RADAR TANGSEL RATAS – Pandemi yang berkepanjangan beberapa waktu lalu telah merontokkan banyak maskapai penerbangan yang ada di seluruh dunia. Tercatat, sejak tahun 2020 lalu, kurang lebih ada 64 maskapai penerbangan yang berhenti beroperasi.

Mengutip CNN, Kamis (16/2/2023), jumlah total maskapai yang bangkrut itu dicatat oleh situs penerbangan dan podcast AllPlane. Data tersebut terus diperbarui seiring berjalannya waktu.

Hanya segelintir maskapai yang mampu bangkit setelah mengumumkan kebangkrutannya meskipun tampil dengan nama baru.

Rata-rata, maskapai yang dinyatakan bangkrut itu memang bukan berasal dari brand terkenal, misalnya Jet Time, NokScoot, dan Fly My Sky.

Meski demikian, ada pula beberapa nama besar yang juga tenggelam dalam pandemi, salah satunya adalah Alitalia yang dulu pernah menjadi maskapai penerbangan nasional Italia. Kini, Italia memiliki maskapai nasional penggantinya yang bernama ITA Airways.

“Saya terkejut melihat merek Alitalia karena sebelumnya masih terbang terus menerus,” kata Miquel Ros, pendiri dan editor AllPlane, dikutip dari cnn.com (16/2/2023).

Menurut Ros, terlepas dari jumlahnya, pandemi bukanlah sesuatu yang mengakhiri maskapai dan penerbangan dunia. Pandemi sebenarnya mempercepat industri yang sudah bermasalah mati lebih cepat.

BACA JUGA :  Perdebatan Antara Anies dan Luhut Soal Subsidi Mobil Listrik, Parlemen Eropa Tawarkan Jalan Tengah

“Ini mendorong banyak maskapai penerbangan yang berada dalam situasi keuangan yang sulit akhirnya menyerah,” katanya.

Ros melihat, sebagian besar dari maskapai yang kesulitan keuangan pada tahun 2020 kemungkinan besar akan gulung tikar beberapa saat kemudian. “Waktu itu memang banyak maskapai yang memiliki masalah atau usaha yang rapuh yang tidak memiliki skala dan ruang lingkup untuk bersaing dengan operator besar,” tutur Ros.

Ros menjelaskan bahwa kebangkrutan maskapai mulai berlangsung sejak tahun 2018, di mana 18 maskapai global dinyatakan bangkrut. Lalu pada tahun 2019, jumlah itu meroket menjadi 34.

Selanjutnya, jumlah maskapai yang bangkrut pada tahun 2020 ada 31 maskapai, tahun 2021 ada 19 maskapai, dan pada tahun 2022 turun menjadi hanya 12 maskapai.

Tapi sekali lagi, maskapai yang bangkrut itu sebagian besar adalah perusahaan kecil, seperti Curacao hingga Insel Air. Armadanya yang terdiri dari tiga Fokker tidak dapat mengimbangi pemain besar. (BD)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini