Edan! Masyarakat di Timur Tengah Kini Banyak yang Tiba-Tiba Pilih Jadi Ateis

Turki, negara yang 99% penduduknyaq Muslim, mencatat ada peningkatan jumlah ateis dalam kurun 10 tahun terakhir. Dalam laporan lembaga survey Konda pada 2019, ditemukan bahwa jumlah orang Turki yang mengaku menganut Islam telah turun dari 55% menjadi 51%. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Wilayah Arab atau Timur Tengah identik dengan tempat lahirnya agama-agama samawi, yakni Islam, Kristen, dan Yahudi. Tak ayal, sebagian warga dunia menganggap warga Timur Tengah sebagai kelompok masyarakat yang taat beragama.

Tapi, muncul fenomena menarik terkait agama yang dianut penduduk Arab itu. Fenomena tersebut adalah kenaikan jumlah penganut ateisme.

Tercatat, ada beberapa survei yang memaparkan fakta demikian. Pada 2019, dalam survei BBC International, terjadi peningkatan persentase penduduk yang tidak beragama, dari awalnya hanya 8% pada 2013 menjadi 13% pada 2019

Beberapa lembaga juga pernah melakukan jajak pendapat dalam tingkat regional. Di Iran, dalam riset “Iranian’s Attitudes Toward Religion (2020)” terungkap bahwa 47% dari 40.000 responden mengaku telah beralih dari beragama menjadi ateis.

Sementara di Turki, negara yang 99% berpenduduk Muslim, tercatat peningkatan jumlah ateis dalam kurun 10 tahun terakhir. Dalam laporan lembaga survey Konda pada 2019, ditemukan bahwa jumlah orang Turki yang mengaku menganut Islam telah turun dari 55% menjadi 51%. “Penurunan ini bukan beralih ke agama lain tetapi menjadi ateis,” bunyi laporan itu.

BACA JUGA :  Anies, Gatot, dan Prabowo Direkomendasikan Jadi Bacapres Partai Ummat, Amien Rais: Kita Tak Pilih Calon yang Lihai Pencitraan

Sedangkan di Mesir, mengutip Deutsche Welle, pada tahun 2014 yang lalu, Universitas Al-Azhar Kairo uga melakukan survei tentang topik serupa. Hasilnya menunjukkan bahwa 10,7 juta dari 87 juta penduduk Mesir mengaku menjadi ateis, mencapai 12,3% dari keseluruhan populasi.

Hal sama juga terjadi di Arab Saudi. Mengutip laporan “Saudi Arabia 2021 International Religious Freedom Report (2021)” tercatat ada 224 ribu yang memilih tidak beragama, baik ateis atau agnostik.

Hannah Wallace dalam artikel “Men without God: The Rise of Atheism in Saudi Arabia” (2020) menjelaskan bahwa fenomena tersebut tidak terlepas dari sikap politik pemerintah yang menggunakan agama. Hal itu, tulisnya, setidaknya terjadi di Arab Saudi.

Akibatnya, penduduk yang kritis menolak dan menganggapnya politisasi. Semakin mudah mengakses dan berinteraksi dengan kelompok serupa di dunia maya juga mepengaruhi ini.

Kasus di Arab Saudi juga terjadi di Turki. Kepemimpinan Erdogan, diklaim menggeser konsep sekulerisme Turki, yang telah diajarkan oleh Mustafa Kemal Ataturk.

Beberapa aturan ketat agama diterapkan seperti melarang minuman keras. Ini membuat beberapa kelompok mulai mengaku tak beragama.

BACA JUGA :  Jepang Akan Naikkan Batas Usia Legal Berhubungan Seksual Warganya dari 13 Tahun Jadi 16 Tahun 

Pendapat lain disampaikan oleh Tamer Fouad, koresponden hubungan internasional Guardian. Menurutnya ada dua hal penyebab meningkatnya ateisme di negara Arab.

Pertama, adanya pandangan negatif terhadap agama karena pemberitaan buruk. Mulai dari penghancuran masjid, pembakaran gereja, hingga aksi kekerasan lain atas nama agama.

Kedua, munculnya kegagalan kepemimpinan partai dan tokoh Islam pasca-Arab Spring. Arab Spring atau Musim Semi Arab yang berupaya menghadirkan demokratisasi dan perbaikan ekonomi kenyataannya gagal dilakukan oleh banyak negara yang dipimpin dua pihak tersebut.

Kegagalan negara untuk memperbaiki kualitas kehidupan politik dan ekonomi membuat rakyat kecewa. Akibatnya mereka tidak lagi memilih partai dan tokoh Islam sebagai pemimpin, sekaligus juga memilih untuk tidak lagi hidup dengan agama.

Meski begitu, Brian Whitaker di Al-bab menyebut menjadi orang Arab dan tak beragama sekaligus adalah hal sulit karena sangat berbahaya. Sebab, mereka bisa dikucilkan oleh keluarga, teman, dan lingkungan.

Bahkan bisa juga mendapat hukuman mati dari negara. Jadi, salah satu cara untuk lepas dari bahaya itu adalah dengan menyembunyikan statusnya. (ARH)

BACA JUGA :  Libur Tambahan Usai 17 Agustus, 18 Agustus 2025 Resmi Jadi Cuti Bersama Nasional

Latest

Anies Baswedan Tegaskan Peran Strategis Pendidik dalam Mewujudkan SDGs

Anies Baswedan Tegaskan Peran Strategis Pendidik dalam Mewujudkan SDGs RATAS.id – Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menekankan pentingnya peran pendidik sebagai motor perubahan sosial...

Menhan Sjafrie Tegaskan Doa dan Kebersamaan sebagai Sumber Kekuatan Bangsa

Menhan Sjafrie Tegaskan Doa dan Kebersamaan sebagai Sumber Kekuatan Bangsa RATAS.id— Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin menegaskan bahwa kekuatan sejati bangsa bersumber dari doa dan...

Israel Deportasi Empat Aktivis Global Sumud Flotilla

RATAS – Israel mendeportasi empat aktivis asal Italia yang sebelumnya ditahan saat mengikuti armada bantuan menuju Gaza. Empat aktivis tersebut tergabung di 470 orang yang ditangkap ketika...

Didik Haryadi Desak Subsidi Listrik Tepat Sasaran, Jangan Dinikmati Kelompok Mampu

RATAS - Anggota Komisi XI DPR RI Didik Haryadi menegaskan bahwa subsidi energi, khususnya subsidi listrik yang disalurkan melalui PLN, harus diberikan hanya kepada masyarakat yang benar-benar...

Komisi XIII DPR Soroti Dugaan Pelanggaran HAM Berat di Konsesi PT Toba Pulp Lestari

RATAS - Anggota Komisi XIII DPR RI, Muslim Ayub, menegaskan bahwa insiden kekerasan yang terjadi pada 22 September 2025 di kawasan konsesi PT Toba Pulp Lestari (TPL), Kabupaten Toba, Sumatera Utara,...
3984931246225911134
CMS-Critic-Banner-300x600