Geger Kasus Antraks di Gunungkidul, Kemenkes: Ini Bisa Jadi Senjata Biologis, Kita Semua Perlu Waspada

0
176
Antraks merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya serta dapat menular ke manusia. (foto: istimewa)

RADAR TANGSEL RATAS – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa penyakit Antraks yang awalnya berasal dari hewan atau zoonosis dapat menjadi salah satu senjata biologis untuk menyerang suatu wilayah. Kemenkes pun meminta seluruh masyarakat mewaspadai penularan penyakit ini.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, penyakit Antraks memiliki empat jenis, yakni Antraks kulit, saluran pencernaan, paru-paru, dan injeksi. Dari keempat tipe itu, Antraks paru-paru memiliki tingkat fatalitas atau kematian tertinggi.

“Antraks itu bisa menjadi biological weapons, masuk menjadi senjata biologis. Mungkin teman-teman pernah mendengar bahwa antraks ini bisa digunakan oleh teroris untuk meneror suatu wilayah,” kata Imran dalam konferensi pers secara daring, Kamis (6/7/2023).

Kewaspadaan itu, kata Imran, juga harus ditingkatkan pada daerah endemis antraks seperti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Oleh sebab itu, Kemenkes menginstruksikan agar seluruh pihak yang bernaung di fasilitas kesehatan (faskes), baik tingkat rumah sakit atau puskesmas, mulai waspada terkait potensi penularan penyakit Antraks. “Jadi memang ini suatu hal yang perlu kita waspadai bersama,” imbuhnya.

BACA JUGA :  Gawat! Sri Mulyani Bilang Fragmentasi Geopolitik Makin Meningkat, Negara-Negara Tak Lagi Berteman?

Imran lalu menjelaskan bahwa pada tahun 2016 hingga 2022 penyakit Antraks sudah memakan korban di DIY, tapi korban yang meninggal dunianya belum tercatat.

Tapi pada tahun 2023 ini, Kabupaten Gunungkidul mencatatkan tiga kasus kematian akibat Antraks. Ia menuturrkan bahwa ada seorang warga yang meninggal suspek Antraks. Sementara dua warga lainnya tidak diperiksa, tapi diketahui memiliki kontak erat dengan sapi mati penyebab antraks.

“Bagi masyarakat kalau terjadi gejala-gejala seperti kulit melepuh, kemudian pernah kontak dengan sapi yang tidak jelas kematiannya, maka harus segera melaporkan ke faskes. Karena sebenarnya di fase awal itu bisa kita tangani dengan baik,” tutur Imran. (ARH)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini