RATAS – Ratusan pelajar di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat dikabarkan mengalami keracunan usai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG).
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman mengatakan, total korban yang mengalami keracunan menu MBG hingga hari ini mencapai 500 orang.
Herman menjelaskan bahwa ratusan pelajar yang keracunan menu MBG tersebut berasal dari berbagai sekolah di Kecamatan Cipongkor.
“Teridentifikasi 500 yang mengeluh (keracunan) dan langsung kami tangani,” kata Herman, Bandung Barat, Rabu (24/9/.
Menurut Herman, dari 500 pelajar itu, sekitar 400 pelajar terdata ada di Posko Cipongkor, dan 100 pelajar lainnya tercatat ada di Puskesmas Citalem.
“Kondisinya seperti itu, tentu sekali lagi tidak kita harapkan. Tapi, faktanya, ada musibah, keracunan. Keluhannya pada umumnya itu mual, sesak, pusing, lemas,” terangnya.
Herman mengaku mendatangi Posko Cipongkor untuk memastikan semua anak tertangani dengan baik, mulai dari perawatan hingga fasilitas layanan kesehatan.
Bandung Barat Berstatus KLB
Sebelumnya, Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail menetapkan kasus ratusan siswa keracunan MBG di Kecamatan Cipongkor sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Jeje menyampaikan status KLB saat mengunjungi posko penanganan siswa korban keracunan di Kantor Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (23/9).
“Jadi sekarang juga kita sudah menetapkan statusnya KLB, kejadian luar biasa, supaya penanganannya lebih cepat dan lebih menyeluruh, seperti itu,” kata Jeje kepada wartawan .
Menurut dia, Pemkab Bandung Barat bersama instansi terkait tengah melakukan investigasi terhadap dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menghidangkan masakan MBG.
“Karena mulai dari perizinan, kemudian standardisasi pengelolaan makanan itu harus kita cek. Kalau memang belum layak ya kita harus melakukan perbaikan. Dan khusus untuk dapur di Cipongkor ini kita tutup dulu untuk kita investigasi,” katanya
Jeje menambahkan, pihaknya juga akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap puluhan dapur SPPG yang ada di Kecamatan Cipongkor.
“Semuanya juga tetap kita lakukan evaluasi karena data yang saya dapat adalah 85 dapur memang masih belum memiliki sertifikasi sehat seperti itu. Yang kita setop ini yang di Cipongkor,” tandasnya.