IHSG dan Psikologi Investor: Cara Sederhana Memahami Pasar Modal

Rabu, 15 Oktober 2025, Pukul 20:23 WIB

IHSG dan Psikologi Investor: Cara Sederhana Memahami Pasar Modal

RATAS.id – Istilah seperti “IHSG naik seratus poin” atau “IHSG ditutup melemah di level 7.950” sudah sering terdengar di berbagai media. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesungguhnya merupakan gambaran sederhana tentang kondisi ekonomi sekaligus psikologi para pelaku pasar.

IHSG mencerminkan kinerja seluruh saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika pasar saham dianalogikan sebagai pasar tradisional, maka IHSG adalah rata-rata harga dari seluruh barang yang diperjualbelikan di dalamnya.

Ketika pembeli membludak dan minat terhadap barang meningkat, harga akan naik. Sebaliknya, saat penjual lebih banyak daripada pembeli, harga cenderung melemah. Logika yang sama berlaku dalam perdagangan saham.

“Ketika banyak investor optimis dan berlomba membeli saham, IHSG akan bergerak naik. Namun saat sentimen negatif mendominasi dan investor memilih menjual, indeks pun terkoreksi,” kata Kepala Kantor Perwakilan BEI Jawa Barat, Achmad Dirgantara.

Menurutnya, pergerakan IHSG tidak hanya dipicu oleh data ekonomi, tetapi juga oleh faktor psikologis. Investor kerap mengambil keputusan berdasarkan rasa takut dan harapan, bukan semata-mata angka.

BACA JUGA :  Gara-Gara Tolak Timnas Israel di Piala Dunia U-20, Ganjar Pranowo Terancam Pidana?

“Jika muncul berita positif, seperti pertumbuhan ekonomi yang kuat, suku bunga stabil, atau laba perusahaan besar meningkat, rasa percaya diri pelaku pasar ikut terdongkrak. Investor membeli saham dengan keyakinan masa depan ekonomi cerah, dan IHSG ikut menanjak,” ujarnya.

Sebaliknya, kabar negatif seperti inflasi tinggi, gejolak politik, konflik global, atau ancaman resesi dapat menimbulkan kecemasan. Investor menjadi waspada, bahkan panik, lalu menjual saham demi mengamankan dana mereka. Akibatnya, IHSG melemah.

Achmad menjelaskan, cara paling sederhana merespons fluktuasi IHSG adalah mengubah pola pikir dalam berinvestasi. Saat indeks turun, justru muncul peluang membeli saham dengan harga lebih rendah sesuai kebutuhan dan analisis. Saat IHSG naik, nilai investasi ikut berkembang.

“Prinsip ini dikenal sebagai cost averaging dan telah terbukti efektif menghadapi gejolak pasar,” pungkasnya.

Latest

Disentil DPR Komentari Kementerian Lain, Begini Reaksi Menkeu Purbaya 

RATAS – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa buka suara terkait pernyataan Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun yang meminta dirinya untuk tidak lagi menyinggung urusan...

IHSG dan Psikologi Investor: Cara Sederhana Memahami Pasar Modal

IHSG dan Psikologi Investor: Cara Sederhana Memahami Pasar Modal RATAS.id – Istilah seperti “IHSG naik seratus poin” atau “IHSG ditutup melemah di level 7.950” sudah sering terdengar di...

APBN per September 2025 Defisit Rp 371,5 Triliun

RATAS – Kementerian Keuangan melaporkan, APBN per September 2025 mengalami defisit sebesar Rp 371,5 triliun, atau setara dengan 1,56 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Tekornya dompet...

Gempar di Menara Astra! Dua Komisaris dan Satu Direktur Tiba-tiba Mundur Jelang Akhir Tahun

RATAS – Guncangan besar melanda Astra International. Tiga pejabat penting, termasuk dua komisaris dan satu direktur, mendadak mundur bersamaan. Pengumuman mengejutkan itu disampaikan langsung dalam...

Lulusan Baru Merapat! Ribuan Lowongan Magang dan Insentif Gaji Menanti di 2026

RATAS  -Jutaan pekerja harus siap-siap kecewa. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Yassierli, menegaskan bahwa Bantuan Subsidi Upah (BSU) tidak akan dilanjutkan pada 2026, karena belum ada instruksi...
3984931246225911134
CMS-Critic-Banner-300x600