RATAS – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan besar pada Selasa (18/3/2025), yang mengakibatkan Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagangan sementara (trading halt) untuk pertama kalinya sejak 2020. Pemerintah pun mengambil langkah cepat untuk meredam gejolak di pasar modal guna menjaga stabilitas ekonomi.
IHSG tercatat melemah 3,84% ke level 6.223,39 pada penutupan perdagangan Selasa (18/3). Sebelumnya, indeks sempat anjlok 6,12% pada sesi pertama, memaksa BEI melakukan trading halt selama 30 menit sesuai dengan regulasi yang berlaku jika IHSG turun lebih dari 5%.
Menurut Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tekanan pada IHSG:
Rancangan Undang-Undang (RUU) TNI: Isu mengenai revisi UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI menimbulkan kekhawatiran publik terkait kemungkinan kembalinya dwifungsi ABRI, meskipun telah dibantah oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi.
Pengelolaan Dana Jumbo Danantara: Keraguan terhadap efektivitas pengelolaan Danantara semakin meningkat, terutama di tengah maraknya kasus korupsi di BUMN. Presiden Prabowo Subianto sebelumnya mengungkapkan bahwa dana kelolaan Danantara mencapai US$900 miliar atau sekitar Rp14.715 triliun.
Proyek Mercusuar Berbiaya Besar: Beberapa proyek strategis nasional yang menelan anggaran besar memunculkan kekhawatiran masyarakat terkait transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana publik.
Rumor Mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani: Spekulasi mengenai mundurnya Sri Mulyani dari kabinet juga berkontribusi pada ketidakstabilan pasar.
Sebagai respons terhadap tekanan di pasar modal, sejumlah pejabat negara melakukan intervensi langsung:
Kunjungan DPR ke BEI: Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Komisi XI Misbakhun, dan beberapa anggota Komisi XI mengunjungi BEI untuk memberikan dukungan moral kepada investor dan pelaku pasar. Dasco menegaskan bahwa pemerintah akan mengambil langkah cepat untuk mengembalikan stabilitas pasar.
Pemanggilan Airlangga Hartarto ke Istana: Presiden Prabowo Subianto memanggil Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto guna membahas kondisi ekonomi terkini. Airlangga menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat meskipun IHSG mengalami tekanan.
Pernyataan Sri Mulyani: Menteri Keuangan Sri Mulyani menepis rumor pengunduran dirinya dan memastikan bahwa ia tetap menjalankan tugasnya untuk menjaga keuangan negara dan APBN.
Komunikasi Publik yang Lebih Baik: Para ekonom menilai bahwa pemerintah perlu meningkatkan transparansi dan efektivitas komunikasi publik guna meredam spekulasi yang beredar di masyarakat.
Direktur Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio, menilai bahwa langkah politik saja tidak cukup untuk meredam gejolak pasar. Pemerintah harus:
Meningkatkan kepercayaan investor melalui komunikasi yang lebih baik dan kebijakan ekonomi yang jelas.
Memperketat penegakan hukum terhadap kasus korupsi agar menciptakan lingkungan investasi yang lebih kondusif.
Menghindari ketidakpastian yang dapat mengguncang pasar, termasuk spekulasi terkait reshuffle kabinet atau ketidakpastian kebijakan ekonomi.
Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan stabilitas IHSG dapat segera pulih dan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia tetap terjaga. (HDS)