Curhat Pemilik Restoran di Tangsel, Dipalak Rp3 Juta per Bulan Demi “Keamanan”

Senin, 28 April 2025, Pukul 16:15 WIB

RATAS – Seorang pemilik restoran di kawasan permukiman padat Tangerang Selatan mengungkap praktik pungutan liar yang membelit usahanya sejak pertama kali beroperasi pada 2020. Ia mengaku dipaksa membayar “kontribusi masyarakat” sebesar Rp3 juta setiap bulan agar restorannya tetap aman beroperasi.

Pemilik usaha yang enggan disebut namanya itu mengungkapkan bahwa pungutan tidak hanya berasal dari satu pihak. Kelompok yang terdiri dari pemuda lingkungan, karang taruna, RT, RW, hingga tokoh masyarakat datang berkelompok untuk menagih uang tersebut.

“Dulu mereka datang rombongan. Intinya ya minta storan, katanya untuk masyarakat sini, tapi yang menerima tetap dari pihak-pihak seperti ormas, RT, RW, karang taruna,” tuturnya.

Intimidasi dan Tekanan Sosial

Awalnya, sang pemilik restoran menolak permintaan tersebut karena merasa tidak ada dasar hukum yang mewajibkannya membayar kontribusi tersebut. Namun, penolakannya malah berbuntut intimidasi dan tekanan sosial.

“Waktu saya belum setuju setor, situasinya panas. Restoran saya sering didatangi, diganggu, bahkan ada yang mabuk datang. Sampai saya pernah dipanggil ke kelurahan karena katanya usaha saya menimbulkan masalah sosial,” ceritanya.

BACA JUGA :  Tepis Anggapan Bahwa Prabowo Bakal Jadi Cawapres, Habiburokhman: Tetap Capres 2024

Merasa tertekan dan demi menjaga keberlangsungan usahanya, pemilik restoran akhirnya memilih bernegosiasi dengan salah satu tokoh lingkungan.

Kesepakatan: Bayar untuk “Perlindungan”

Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa ia bersedia membayar kontribusi bulanan dengan dua syarat utama. Pertama, ia tidak ingin lagi menerima proposal sumbangan dalam bentuk apapun dari siapapun. Kedua, jika terjadi persoalan sosial atau gangguan terhadap usahanya, kelompok tersebut bertanggung jawab menyelesaikannya.

“Kalau saya bayar tiap bulan, ya jangan diganggu lagi. Saya juga bilang kalau ada masalah, saya lempar ke mereka, karena saya sudah bayar. Dan sampai sekarang, ya relatif aman. Mereka jaga juga,” ujarnya.

Hingga kini, “kontribusi” tersebut masih rutin ia bayarkan setiap bulan, menjadi semacam jaminan informal atas kelangsungan usaha di tengah tekanan sosial lingkungan sekitar. (HDS)

Latest

Wali Kota Benyamin “Warning” Pemenang Tender, Proyek Raksasa PSEL Tangsel Rp2,65 Triliun harus Tepat Waktu

RATAS – Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Benyamin Davnie memberikan warning alias peringatan kepada konsorsium pemenang tender proyek Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL). Proyek...

Didik Haryadi Desak Subsidi Listrik Tepat Sasaran, Jangan Dinikmati Kelompok Mampu

RATAS - Anggota Komisi XI DPR RI Didik Haryadi menegaskan bahwa subsidi energi, khususnya subsidi listrik yang disalurkan melalui PLN, harus diberikan hanya kepada masyarakat yang benar-benar...

Komisi XIII DPR Soroti Dugaan Pelanggaran HAM Berat di Konsesi PT Toba Pulp Lestari

RATAS - Anggota Komisi XIII DPR RI, Muslim Ayub, menegaskan bahwa insiden kekerasan yang terjadi pada 22 September 2025 di kawasan konsesi PT Toba Pulp Lestari (TPL), Kabupaten Toba, Sumatera Utara,...

Keukeuh Ogah Bayar Pajak Waris di Tangsel, Pengamat Nasihati Artis Leony, Warga yang Baik Harus Ikuti UU HKPD  

RATAS - Sempat membuat heboh publik karena postingannya di media sosial mengenai pajak waris, artis Leony Vitria Hartanti terpaksa dinasihati pengamat kebijakan publik. Hal tersebut dikarenakan...

Comeback Gila Napoli! Gol Hojlund di Menit 79 Bikin Sporting CP Terdiam

RATAS – Stadion Diego Armando Maradona berguncang. Napoli yang sempat diragukan akhirnya bangkit dari keterpurukan dengan kemenangan perdana usai menumbangkan Sporting CP 2-1 di Liga Champions,...
3984931246225911134
CMS-Critic-Banner-300x600