RATAS – Indonesia seperti berada di bawah oven raksasa. Cuaca panas ekstrem yang menyengat beberapa hari terakhir bikin warga kelimpungan sebab suhu udara menembus hingga 36,6 derajat Celsius dan membuat banyak daerah terasa seperti ‘dipanggang’ Matahari tanpa ampun.
Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa fenomena panas ini bukan gelombang panas (heatwave) seperti yang terjadi di negara-negara subtropis.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan penyebab cuaca terasa sangat panas karena posisi semu Matahari kini bergeser ke selatan wilayah Indonesia. Akibatnya, pertumbuhan awan hujan berkurang dan sinar Matahari langsung memancar ke permukaan Bumi tanpa penghalang.
“Sekarang Matahari sudah di posisi selatan wilayah Indonesia. Karena awan jarang terbentuk, sinar Matahari langsung terasa sangat panas,” ujar Guswanto di Jakarta, Senin (13/10/2025).
BMKG memastikan suhu panas yang dirasakan masyarakat masih dalam batas normal untuk wilayah tropis.
“Rata-rata suhu maksimum di Indonesia itu 31–34 derajat Celsius, jadi ini masih tergolong normal,” tambahnya.
Dalam unggahan resmi di media sosial, BMKG juga menegaskan bahwa Indonesia tidak sedang mengalami gelombang panas, meski suhu terasa menyengat dan membuat tidak nyaman.
BMKG memperkirakan kondisi panas ekstrem ini akan berlangsung hingga akhir Oktober atau awal November 2025, tergantung kapan musim hujan mulai datang di masing-masing wilayah. (*)